Saat Patah Tulang Jangan Dipijat, Ini Bahayanya!

Kamis, 26 Oktober 2017 | 08:54 WIB
Saat Patah Tulang Jangan Dipijat, Ini Bahayanya!
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian masyarakat masih percaya bahwa kondisi patah tulang bisa diatasi dengan teknik pijat sehingga tak perlu membawanya ke rumah sakit. Lalu apakah teknik pijat ini benar-benar aman untuk mengatasi kondisi patah tulang?

Kepala Divisi HKGT Orthopaedic Center, Siloam Hospital Kebon Jeruk, Dr. dr. Franky Hartono, SpOT(K) mengatakan, saat tulang mengalami patah sebenarnya terjadi proses inflamasi atau peradangan di bagian tersebut. Sehingga bila dipijat maka sel tulang dapat berkembang biak tidak terkontrol dan risikonya bisa memicu pertumbuhan sel kanker.

"Urut atau pijat itu sangat membahayakan. Ada kasus di pedesaan dimana tingkat pengetahuan belum tinggi, anak kecil diurut karena patah tulang, lalu 1-2 bulan kemudian tumbuh tumor," ujar dia dalam temu media peringatan Hari Osteoporosis di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Rabu (25/10/2017).

Franky menambahkan teknik pijat banyak dipilih masyarakat, karena cenderung terjangkau dan umumnya pasien takut melalui proses operasi yang cenderung menimbulkan rasa ngilu dan proses pemulihan yang lama. Namun dengan perkembangan di bidang teknologi, lanjut dia, kini ada teknik operasi minimal invasif yang minim rasa sakit dan proses pemulihan lebih cepat.

"Operasi patah tulang bisa dilakukan dengan sayatan yang minim dan cedera minimal. Risiko komplikasi juga lebih rendah dibandingkan operasi konvensional," tambah dia.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Daniel Petrus Marpaung, SpOT mengatakan, operasi minimal invasif juga membuat kerusakan jaringan menjadi lebih kecil. Pasien juga tidak merasakan rasa nyeri yang begitu hebat dengan teknik anestesi yang terbaru.

Dengan minimal invasif, lanjut dia, pasien bisa menghemat transfusi darah, kebutuhan obat anti nyeri berkurang, lama perawatan berkurang. Otomatis biaya yang dikeluarkan rutin juga akan berkurang.

"Mungkin biaya yang dikeluarkan mahal tapi kalau lihat faktor ekonomisnya, pasien bisa kembali produktif dengan pemulihan yang cepat, sehingga harganya relatif tidak berbeda jauh dengan operasi biasa," terang Daniel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI