Suara.com - Tentu Anda berpikir mengapa usai perjalanan panjang menggunakan pesawat terbang berisiko flu. Jawabannya sangat mudah, Anda terjebak bersama ratusan orang selama berjam-jam, sehingga meningkatkan risiko berkembang biaknya kuman dan bakteri.
Namun, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, risiko sakit saat melakukan perjalanan udara sama dengan risiko aktivitas lainnya seperti pergi ke bioskop atau naik kereta api.
Mereka mengklaim, filter HEPA di dalam kabin dapat menyingkirkan 99,9995 persen kuman dan mikroba di udara. Namun, bukan berarti lingkungan kabin tidak bisa membuat Anda jatuh sakit. Jika seseorang yang duduk di sebelah Anda menderita flu, maka Anda pun berisiko tertular virus darinya.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Travelmath, nampan di bagian belakang kursi adalah lokasi empuk untuk perkembangbiakkan bakteri. Dalam studi tersebut, ahli mikrobiologi menemukan 2.155 unit pembentuk koloni (CFU) per inci persegi pada tabel baki yang dikumpulkan ketika penumpang selesai makan.
Baca Juga: Hati-hati, Tidur di Pesawat Bisa Bikin Tuli!
Sebaliknya, penelitian tersebut menemukan rata-rata "hanya" 265 CFU inci persegi bakteri pada tombol flush WC, yang ternyata jauh dari bersih.
Profesor Steve Simpson dari University of Sydney, mengatakan bahwa daerah lain yang harus dihindari untuk disentuh adalah kantong di bagian sandaran kursi. Pasalnya kita tidak pernah tahu benda apa saja yang pernah diselipkan di bagian tersebut.
Pendapat Simpson didukung oleh sebuah studi di Amerika Serikat yang menemukan bahwa bakteri dapat bertahan di kantong sandaran kursi hingga seminggu lamanya. Ia juga menyebut bahwa kondisi kelelahan di dalam pesawat selama berjam-jam lamanya juga menjadi peluang meningkatnya risiko jatuh sakit.
"Selain pengaruh kuman di dalam pesawat, jet lag yang mengganggu sistem jam tubuh Anda juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan risiko berbagai penyakit," tandas Simpson. (TheSun)
Baca Juga: Salon Ini Ada di Dalam Pesawat, Berani Coba?