Studi: 23 Persen Pelaku Bunuh Diri Sempat Curhat

Senin, 09 Oktober 2017 | 12:11 WIB
Studi: 23 Persen Pelaku Bunuh Diri Sempat Curhat
Ilustrasi bunuh diri. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah hasil studi tentang topik sensitif, yaitu bunuh diri, sedikit demi sedikit mulai terungkap. Periset AS mengatakan bahwa lebih dari satu dari lima orang dewasa yang melakukan bunuh diri, menyatakan niatan tersebut sebelum akhirnya benar-benar melakukan tindakan bunuh diri.

Secara keseluruhan, 23 persen korban bunuh diri yang berusia di atas 50 tahun, memiliki pemikiran bunuh diri dan mengatakannya kepada orang lain beberapa bulan sebelum kematian mereka.

Tingkat pengungkapan ini lebih tinggi terjadi pada kalangan orang tua dan lebih umum ketika orang tersebut mengalami masalah kesehatan kronis atau menderita depresi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri di seluruh dunia setiap tahunnya. Itu artinya, ada satu orang bunuh diri pada setiap 40 detik.

Baca Juga: Psikolog: Nikah Muda Bisa Picu Depresi hingga Bunuh Diri

Tujuan melakukan tindakan mematikan ini berasal dari keadaan mental yang terganggu. Faktor risiko seperti depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan penyalahgunaan zat, termasuk alkoholisme dan penggunaan benzodiazepin juga dapat bertanggung jawab atas adanya keinginan melakukan tindakan tersebut.

Sebelumnya, banyak orang dewasa yang melakukan bunuh diri tidak memberitahukan niatan tersebut. Peneliti berspekulasi hal tersebut mungkin karena mereka enggan mendiskusikan perasaan yang tengah dirasakan dan takut menghadapi reaksi dokter atau anggota keluarga.

Studi ini dipimpin oleh Namkee Choi, dari University of Texas di Austin Steve Hicks School of Social Work di Amerika Serikat.

"Beberapa orang dewasa yang berisiko bunuh diri mungkin tidak ingin mengungkapkan maksud bunuh diri mereka, jika mereka menganggap anggota keluarga dan penyedia layanan kesehatan dan sosial dapat memaksa mereka ke perawatan rawat inap atau mengabaikan pengungkapan mereka," kata Choi melalui email kepada Reuters seperti yang Suara.com kutip dari Zeenews.com.

"Penyedia layanan kesehatan, terutama dokter perawatan primer yang sering melihat orang dewasa yang lebih tua dengan masalah kesehatan dan depresi, harus secara rutin menilai risiko bunuh diri bersamaan dengan akses terhadap senjata api dan cara bunuh diri lainnya," Choi menambahkan.

Baca Juga: Ngeri, YouTubers Ini Siarkan Bunuh Diri Dipatok Ular Live

Untuk penelitian tersebut, Choi dan rekannya meneliti data pada 46.857 kematian bunuh diri di kalangan orang dewasa berusia di atas 50 tahun di negara bagian AS yang berpartisipasi dalam sistem pelaporan nasional dari 2005 hingga 2014.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI