Hati-hati, Masalah Pekerjaan Bisa Memicu Gangguan Jiwa!

Jum'at, 22 September 2017 | 13:30 WIB
Hati-hati, Masalah Pekerjaan Bisa Memicu Gangguan Jiwa!
Ilustrasi lelaki stres akibat pekerjaan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjadi pekerja di daerah perkotaan mendatangkan risiko tersendiri bagi kaum urban. Tak hanya memicu beragam penyakit fisik, kehidupan perkotaan yang dinamis dan kompleks juga meningkatkan risiko gangguan jiwa.

Inilah yang menjadi alasan, kata Ketua Pusat Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PSDKJI), dr. Nova Riyanti Yusuf, mengapa masyarakat perkotaan cenderung rentan mengalami tekanan batin, salah satunya karena pekerjaan.

"Survei menunjukkan, kelelahan ekstrem akibat aktivitas perkotaan meningkat selama lima tahun belakangan. Kalau sebelumnya hanya 26 persen, sekarang meningkat menjadi 37 persen," ujar Nova pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia belum lama ini.

Dalam kesempatan yang sama dokter spesialis kejiwaan RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, Isa Multazam Noor mengatakan bahwa penelitian di Amerika turut mendukung fakta bahwa gangguan kejiwaan turut dipengaruhi karena masalah pekerjaan.

"Data menyebut tiga dari sepuluh individu mengalami masalah kesehatan gangguan jiwa akibat masalah pekerjaan," tambah dia.

Jika dibiarkan gangguan jiwa bisa mengarah pada perilaku bunuh diri yang belakangan kasusnya terus meningkat. Untuk itu, Nova Riyanti mengatakan bahwa perlu adanya hotline service khusus untuk memberikan bimbingan konseling pada masyarakat yang mengalami masalah tertentu agar tak berujung pada gangguan jiwa.

"Sehingga masyarakat tidak mencurahkan kegalauannya yang menjadi sumber masalah jiwa lewat media sosial. Seharusnya dari anggaran Kemenkes ada yang disisihkan untuk layanan kesehatan jiwa, tidak hanya sekadar membuat undang-undang kesehatan jiwa," kata dia.

Dengan adanya hotline service, lanjut Nova Riyanti, masyarakat tahu siapa yang harus dihubungi ketika mengalami masalah yang membuatnya menghadapi titik buntu hingga terlintas untuk melalukan upaya bunuh diri.

"Tujuannya sederhana agar masyarakat tahu harus menghubungi siapa dan ketika dibutuhkan armada untuk mencegah upaya bunuh diri sebagai akibat dari gangguan mental pihak rumah sakit jiwa bisa segera mengirimkan armada," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI