Obat Anti Peradangan Dapat Atasi Depresi?

Selasa, 12 September 2017 | 19:18 WIB
Obat Anti Peradangan Dapat Atasi Depresi?
Ilustrasi perempuan merasa stres dan depresi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Depresi merupakan penyakit fisik yang bisa diobati dengan obat anti-inflamasi atau anti peradangan. Klaim tersebut dikemukakan oleh seorang profesor dari Universitas Cambridge, Inggris, Profesor Ed Bullmore.

Ed percaya, sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif dapat memicu kondisi kesehatan mental dan menyebabkan peradangan bisa meluas hingga menyebabkan perasaan putus asa dan tidak bahagia. Dia mengungkapkan, pada proses itu, sistem kekebalan tubuh gagal 'dimatikan' setelah kejadian sakit atau traumatis.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan orang-orang yang menderita trauma emosional parah juga memiliki tanda-tanda peradangan yang menunjukkan sistem kekebalan tubuh mereka terus-menerus "dipanaskan".

"Sehubungan dengan suasana hati, tanpa keraguan, ada hubungan yang sangat kuat antara peradangan dan gejala depresi," kata Profesor Ed Bullmore yang juga kepala departemen psikiatri di Universitas Cambridge.

Baca Juga: Survei: 40 Persen Perempuan Alami Depresi dan Kecemasan

"Dalam studi pengobatan eksperimental, jika Anda merawat individu yang sehat dengan obat peradangan seperti interferon, sebagian besar orang tersebut akan mengalami depresi," sambungnya kepada The Telegraph.

Periset dari Universitas Cambridge dan Wellcome Trust berharap untuk memulai penelitian mendalam pada tahun depan yang menyelidiki keefektifan obat anti-inflamasi dalam masalah depresi.

Ketika sistem kekebalan tubuh mencurigai adanya ancaman, ia memicu peradangan, yang menyebabkan perubahan pada tubuh, seperti peningkatan jumlah sel darah merah, sebagai persiapan untuk menyembuhkan luka.

Sampai saat ini, korelasi antara peradangan dan depresi semacam itu masih ditolak sebagai penyebab karena para ilmuwan meyakini otak dan sistem kekebalan tubuh beroperasi secara terpisah. Meski demikian, studi terbaru menunjukkan adanya hubungan antara saraf di otak dan fungsi kekebalan tubuh.

Angka juga telah mengungkapkan sekitar 60 persen orang yang mengunjungi dokter dengan nyeri dada sebenarnya menderita masalah kegelisahan, sementara sekitar 30 persen dari mereka dengan kondisi seperti arthritis memiliki kondisi kesehatan mental lainnya.

Baca Juga: 21 Persen Perempuan Rahasiakan Depresi Pascamelahirkan

"Ada hubungan mekanistik yang nyata antara pikiran, sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh," ungkap Profesor Sir Robert Lechler, presiden Akademi Ilmu Kesehatan.

Lebih lanjut, para ahli memaparkan, pendekatan usang untuk memisahkan kondisi kesehatan mental dan fisik adalah menahan kemajuan pada dunia medis. Hal ini muncul setelah penelitian dari North Carolina State University mengungkapkan satu dari lima perempuan dengan depresi pascamelahirkan menyimpan rasa kecemasan pada diri mereka sendiri.

Dari jumlah tersebut, sekitar separuh perempuan mengklaim memiliki setidaknya satu penghalang untuk meminta bantuan seseorang dengan asumsi "sangat sulit" atau "tidak mungkin mendapatkan pertolongan". (Dailymail)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI