Studi: Biseksual Paling Rentan Alami Kecemasan

Selasa, 12 September 2017 | 11:26 WIB
Studi: Biseksual Paling Rentan Alami Kecemasan
Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi terbaru menyoroti tindakan diskriminasi yang dialami orang-orang biseksual dari komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Peneliti dari American University menganalisis data sekitar 503 peserta berusia 18 sampai 64 tahun yang diidentifikasi tertarik pada lebih dari satu jenis kelamin.

Mereka ditanya pertanyaan yang mencerminkan bagaimana biseksualitas mempengaruhi kehidupan mereka. Sementara penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang biseksual lebih berisiko mengalami kecemasan, depresi dan pemikiran bunuh diri. Penelitian baru yang dipublikasikan dalam Prevention Science ini menemukan bahwa risiko kecemasan diperparah, karena orang biseksual merasa seolah-olah mereka tidak termasuk dalam satu komunitas.

"Orang biseksual menghadapi diskriminasi ganda dalam banyak situasi - orang biseksual seringkali tidak terlihat, ditolak, tidak berlaku, [dan] mengalami stigmatisasi dalam komunitas heteroseksual dan juga komunitas LGBTQ tradisional," jelas penulis studi utama Ethan Mereish.

"Mengingat isolasi dan diskriminasi itu, orang biseksual mungkin mengalami peningkatan faktor yang mungkin membuat mereka lebih kesepian atau terisolasi," kata profesor tersebut kepada NBC News dilansir dari Zeenews.

Isolasi sosial yang sering dihadapi oleh orang biseksual adalah dengan membatasi akses mereka terhadap dukungan dan sumber daya. Meski ada sejumlah besar dukungan yang tersedia untuk komunitas LGBTQ yang lebih luas, penelitian ini mengungkapkan bahwa sumber daya untuk orang biseks secara khusus seringkali kurang. Ini memiliki efek negatif pada kesejahteraan mental mereka hingga mendorong timbulnya perasaan tidak kasat mata dan penghapusan.

Dalam skenario terburuk, rasa diskriminasi dan pengucilan yang utama ini dapat menyebabkan kesehatan mental dan pikiran bunuh diri yang buruk.

Dalam menangani masalah ini, Mereish dan timnya percaya bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk membedakan orang biseksual dari anggota LGBTQ lainnya, memberikan mereka identitas tunggal yang kemudian memungkinkan kesehatan mental mereka dipahami secara eksklusif.

"Penelitian ini menyoroti pengalaman stres unik dari individu biseksual, dengan implikasi untuk mengatasi stres spesifik biseksual dalam pengaturan klinis, serta merancang intervensi preventif yang meningkatkan akses terhadap dukungan dan sumber daya khusus biseksual," studi tersebut menyimpulkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI