Banyak Pelembab Berlabel "Hypoallergenic", Tapi Cuma Klaim Saja?

Jum'at, 08 September 2017 | 15:04 WIB
Banyak Pelembab Berlabel "Hypoallergenic", Tapi Cuma Klaim Saja?
Ilustrasi pelembab. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi orang dengan kulit sensitif, menemukan pelembab yang tidak menyebabkan rasa gatal atau bahkan iritasi merupakan sebuah tantangan, karena memang sulit didapat. Oleh karena itu ketika ada produk yang menggadang-gadang sebagai produk bebas aroma, hypoallergenic atau kurang bersifat alergi dan sudah dites dermatologi, sudah pasti akan menjadi incaran.

Namun sayangnya, sebuah studi terbaru di JAMA Dermatology menunjukkan bahwa klaim ini seringkali tidaklah benar. Ketika para periset di Northwestern University Feinberg School of Medicine mengevaluasi ramuan 100 produk pelembab tubuh terlaris yang dijual di Target, Walmart dan Amazon, peneliti menemukan bahwa produk dengan label tersebut sering mendapat label harga yang lebih tinggi dan mengklaim tanpa bahan kimia yang dikenal sebagai penyebab iritasi atau potensial menyebabkan alergen.

Klaim yang tidak akurat dan harga yang lebih tinggi ini, kata peneliti, menyulitkan orang yang memiliki kulit sensitif atau gangguan kulit untuk menemukan pelembab yang terjangkau dan aman. Konsumen mungkin perlu mendapatkan rekomendasi spesifik dari ahli kulit sendiri, atau lebih memperhatikan bahan-bahan yang sebenarnya ada dalam sebuah produk dan bukan hanya klaim pada iklan saja.

Mereka menemukan bahwa 45 persen produk yang diklaim bebas wewangian sebenarnya memiliki setidaknya satu bahan kimia yang diklasifikasikan sebagai reaktor silang wangi atau bahan tumbuhan oleh North American Contact Dermatitis Group atau NACGD. Hal yang lebih mengganggu adalah fakta bahwa 83 persen produk berlabel hypoallergenic ternyata mengandung bahan kimia yang berpotensi alergi. Sebagai tambahan, 95 persen produk disebut-sebut telah direkomendasikan oleh dokter kulit.

"Kami melihat apa artinya menjadi 'direkomendasikan oleh dokter kulit', dan itu tidak berarti banyak," kata penulis utama penelitian Dr. Steve Xu, instruktur dermatologi di Northwestern dilansir time.com.

Secara keseluruhan, menurut NACGD, hanya 12 merek pelembab terlaris yang dinyatakan bebas dari alergen. Xu menekankan bahwa pelembab merupakan bagian penting dalam merawat kelainan kulit atau kulit sensitif, karena pelembab bisa mengurangi peradangan dan ketidaknyamanan serta  membantu mencegah infeksi.

Pelabelan yang lebih baik juga belum tentu merupakan sebuah solusi. "Jika produsen mencantum daftar semua bahan, label mereka akan menjadi 75 halaman," kata Xu.
Sebagai gantinya, ia berharap penelitiannya akan membantu ahli dermatologi lebih memahami sains di balik pelembab terlaris, sehingga mereka bisa merekomendasikan produk yang harganya terjangkau dan efektif.

"Daripada menciptakan seperangkat aturan untuk pasien, kami menyarankan agar para ahli dermatologi sespesifik mungkin untuk merekomendasikan merek dan jenis produk kepada pasien mereka," katanya.

Penulis penelitian juga mengatakan bahwa penting juga bagi konsumen untuk mengetahui bahwa produk yang diberi label "alami" atau "organik" tidak harus lebih aman atau kurang alergi, tulis para penulis di koran mereka. Karena sebenarnya menurut mereka, produk yang dipasarkan sebagai "all natural" memiliki jumlah alergen dan iritasi potensial tertinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI