Suara.com - Periset telah menemukan bahwa alat magnetik dengan frekuensi tinggi dapat memperbaiki kondisi seseorang dengan skizofrenia yang bisa "mendengar suara".
Penelitian yang dipresentasikan dalam konferensi European College of Neuropsychopharmacology (ECNP) di Paris berhasi mengidentifikasi area otak yang terjadi dalam kondisi pada beberapa pasien.
"Ini adalah percobaan terkontrol pertama yang secara tepat menentukan area otak anatomi yang didefinisikan di mana alat magnetik berfrekuensi tinggi dapat memperbaiki pendengaran suara," kata pemimpin peneliti Sonia Dollfus, yang juga seorang Profesor di Pusat Hospitalier Universitaire de Caen, Prancis.
Skizofrenia adalah masalah kesehatan mental jangka panjang yang serius. Orang dengan skizofrenia mengalami berbagai gejala, termasuk delusi, pikiran kacau dan halusinasi.
Baca Juga: Komunitas Ini Lawan Stigma Negatif Penderita Skizofrenia
Salah satu yang paling terkenal adalah perasaan mendengar suara yang juga dikenal sebagai Auditory Verbal Hallucination (AVH) dengan sekitar 70 persen orang dengan pengalaman skizofrenia.
Suara-suara ini, mungkin 'didengar' memiliki beragam karakteristik yang berbeda, misalnya bersifat internal atau eksternal, ramah atau mengancam, terus hadir atau bahkan hadir sesekali saja.
Stimulasi Magnetik Transkranial (TMS), yang menggunakan alat magnetik ke otak, telah disarankan sebagai cara yang mungkin berhasil untuk mengobati pendengaran suara pada skizofrenia.
Tim peneliti Prancis bekerja dengan sekelompok kecil pasien yang menerima perawatan TMS secara aktif dan kelompok kontrol penerima pengobatan palsu (plasebo).
Para periset mewawancarai pasien yang menggunakan protokol standar - Skala Penilaian Halusinasi Pendengaran - yang mengungkapkan sebagian besar fitur karakteristik dari suara yang mereka dengar.
Baca Juga: Hati-hati, Skizofrenia Mengintai Pecandu Narkoba
Pasien yang diobati menerima serangkaian pulse magnetik berfrekuensi 20 Hz selama dua sesi sehari selama dua hari.
Dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI), pulse tersebut ditargetkan pada area otak tertentu di lobus temporal, yang berhubungan dengan bahasa. Setelah dua minggu, pasien kemudian dievaluasi ulang.
Para peneliti menemukan bahwa 34,6 persen pasien yang dirawat oleh TMS menunjukkan respon yang signifikan, sementara hanya 9,1 persen pasien dalam kelompok dengan plasebo yang menanggapi dan lebih baik. (Zeenews)