Suara.com - Tahun ini, sebanyak 221 ribu jemaah haji asal Indonesia diterbangkan ke Tanah Suci, Makkah. Data Kementerian Agama Republik Indonesia mencatat, 83 persen jamaah berusia di atas 50 tahun.
Banyaknya calon jamah haji yang berusia lanjut memunculkan kekhawatiran tersendiri terhadap risiko kesehatan yang mengintai saat menjalankan ibadah.
Menanggapi masalah ini dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, Ahli Nyeri dari Klinik Onta Merah Pain and Spine Center mengatakan bahwa nyeri lutut dan pinggang merupakan keluhan umum yang diderita kelompok usia lanjut di atas 50 tahun.
"Akivitas ibadah Haji, seperti thawaf dan sa'i maupun berjalan dari hotel menuju Masjidil Haram dengan jarak terlampau jauh dan sering, dapat meningkatkan risiko nyeri sendi, baik pada lutut atau bagian tubuh lain," ujarnya dalam temu media di Jakarta, Rabu (30/8/2017).
Baca Juga: Jemaah Haji di Mekkah Ada yang Kena Serangan Jantung dan Stroke
Jika nyeri ini tidak ditangani dengan baik, tentunya dapat mengganggu aktivitas ibadah. Dalam dunia kedokteran, selain terapi, pencegahan nyeri juga dapat dilakukan.
"Tujuannya tak lain untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Mereka dengan usia di atas 50 tahun, dengan keluhan nyeri sendi baik ringan atau sedang, dianjurkan melakukan terapi intervensi untuk mencegah nyeri timbul saat ibadah haji," jelas dia.
Untuk meringankan rasa nyeri, ketika menjalankan rukun ibadah haji, dr. Sri Wahyuni, SpKFR, Dokter Spesialis Rehabilitasi Arfa Pain and Spine Center, RS Meilia, Jakarta, memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan jemaah haji.
Pertama, istirahat sejenak saat nyeri muncul, jika memungkinkan rebahkan badan Anda dan beristirahatlah. Pada kasus nyeri lutut, merebahkan badan sembari mengangkat kaki dengan posisi lutut lebih tinggi dari pinggang dapat memperbaiki kondisi nyeri.
"Hindari aktivitas yang menggunakan lutut sebagai tumpuan utama seperti mengangkat beban berlebih, minimal 2 x 24 jam," imbuh dia.
Baca Juga: Cari Buku Murah Bonus Tiket Naik Haji, Yuk ke IIBF!
Jika nyeri masih terasa, maka terapkan kompres es batu pada daerah yang mengalami nyeri minimal selama 15 hingga 20 menit, dua kali dalam sehari. Pada hari keempat setelah nyeri muncul, jemaah bisa mengganti kompres panas pada lokasi nyeri.