Suara.com - Menurut laporan Presidency of Meteorology and Environment (PME), telah terjadi peningkatan suhu ekstrem di sejumlah wilayah Arab Saudi hingga mencapai 50 derajat Celcius, terutama di provinsi bagian timur. Kondisi ini dilaporkan bakal berlangsung selama musim haji yaitu Agustus hingga Oktober. Dan perlu diketahui bahwa suhu tinggi dipengaruhi oleh tekanan musiman di India yang diikuti oleh udara kering dan panas.
Kondisi ini tentu saja akan berimbas pada cuaca di seluruh wilayah Arab Saudi, termasuk Madinah, Mekkah, Riyadh dan Qassim, yang diperkirakan akan mengalami angin kencang disertai debu pasir halus. Keadaan ini tentu tidak menguntungkan bagi para jemaah, terutama terkait masalah kesehatan.
Ya, udara kering dan panas disertai angin kencang berdebu, membuat para jemaah rentan mengalami dehidrasi dan panas dalam. Untuk, mencegah risiko tersebut, PT. Kino Indonesia, Tbk, melalui brand Larutan Cap Kaki Tiga, menggelar kegiatan bertajuk "Sejukkan Hati, Naik Haji bersama Cap Kaki Tiga".
Acara yang berlangsung di Asrama Haji Embarkasi Bekasi, Jawa Barat ini menghadirkan Ustadzah Mamah Dedeh yang memberikan tausiyah kepada para calon jemaah haji. Dalam ceramahnya, ia berpesan agar para jemaah menyiapkan diri untuk menghadapi masalah ini.
"Yang pasti fisik dan mental harus prima karena kondisi di sana pasti panas. Tapi saya yakin para jemaah sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari ini, karena niatnya semata-mata beribadah karena panggilan Allah," kata Mamah Dedeh, yang juga brand ambassador Larutan Cap Kaki Tiga, di Asrama Haji Embarkasi Bekasi, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan pengalamannya, ujar dia, akibat cuaca panas dan kelembapan yang rendah, kebanyakan jemaah mengalami sakit dan kelelahan.
Mamah Dedeh menambahkan bahwa gangguan kesehatan yang paling sering diderita jemaah adalah flu dan panas dalam, yaitu sekitar 98 persen. "Cuma unta dan tiang listrik yang nggak kena flu di Arab," kelakar Mamah Dedeh.
Apalagi, lanjut dia, prosesi ibadah haji yang mempertemukan banyak orang dari seluruh dunia, terutama saat beribadah di masjid, membuat virus mudah menular.
Untuk mengatasi hal ini, Mamah Dedeh menganjurkan agar kemana pun jemaah haji pergi sebaiknya selalu membawa payung, botol minum, masker dan semprotan air. Dan, bila di luar ruangan, minum air minimal satu gelas setiap jam dan semprot wajah setiap 30 menit.
"Memang kalau di dalam dan di seputar Masjid Nabawi setiap lima meter ada kran air zam-zam yang siap diminum, tetapi jaga-jaga tetap bawa botol air minum sendiri biar nggak kehausan dan jadi panas dalam," tuturnya.
Yang juga tak kalah penting, kata Mamah Dedeh, membawa obat-obatan pribadi secukupnya agar ketika dibutuhkan bisa segera diminum. Ini sangat penting untuk diperhatikan lantaran banyak terjadi lantaran kepanasan, penyakit bawaan jamaah dapat kambuh saat beribadah haji.
"Jangan tergantung dengan petugas karena bisa jadi mereka tidak punya obat yang biasa dikonsumsi jamaah sehari-hari, apalagi persediaannya juga pasti terbatas," tegas Mamah Dedeh.
Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Surahman Muin, SpPD menjelaskan bahwa panas dalam yang bisa dialami para jemaah haji sebenarnya adalah perasaan panas di dalam tubuh, terutama pada sistem pencernaan, tetapi pada pemeriksaan suhu tubuh tidak lebih dari 37,5 derajat Celsius.
"Panas dalam merupakan petunjuk terjadinya dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan sehingga perlu minum air," tuturnya.
Gejala utama dari kondisi ini adalah haus, merasa panas tapi bila orang lain pegang permukaan tubuh tidak terasa panas, serta urine yang berwarna kuning pekat. Keadaan panas dalam ini, kata Surahman, bisa diperparah akibat terpapar panas matahari yang berlebihan sehingga berisiko menurunnya daya tahan tubuh.
Akibatnya, dapat menyebabkan sejumlah gangguan pernapasan seperti radang rongga hidung dan pharings, bronkhitis, pneumonia atau infeksi paru. Pun dapat memicu kemerahan pada konjungtiva, heat stroke atau sengatan panas serta kulit kaki menjadi pecah-pecah dan kering.
Maka dari itu, saat menghadapi cuaca panas, Surahman menyarankan para jemaah haji untuk memakai masker yang selalu dibasahi. Dengan cara itu, lanjut dia, kelembaban udara yang masuk paru-paru akan lebih sesuai untuk tubuh orang Indonesia.
Selain itu, tambah Surahman, sediakan pula botol minuman yang mudah dibawa agar dapat minum kapan saja untuk menghindari dehidrasi. "Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana cairan yang terkandung di dalam tubuh berkurang, sehingga tubuh tidak punya cukup cairan untuk menjalankan fungsi normalnya," imbuhnya.
Surahman mengatakan, mengonsumsi air yang cukup adalah salah satu cara agar terhindar dari dehidrasi. Air adalah salah satu asupan penting yang sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan suhu normal di dalam tubuh.
Saat beribadah haji, hindari aktivitas yang tidak berhubungan dengan rangkaian ibadah terutama di udara terbuka. "Dan jangan lupa, banyak mengkonsumsi buah-buahan yang kadar airnya lebih banyak serta istirahat cukup sehingga daya tahan tubuh bisa recovery cepat," tukasnya.
Selanjutnya, produksi buang air kecil diusahakan 40 cc per jam dengan warna urine kuning muda dan bening. Terkait pola makan, sebaiknya diatur porsinya untuk karbohidrat sebanyak 35 persen, protein 35 persen dan lemak 30 persen.
Selain itu, para jemaah haji, kata Surahmna, juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan segera menghubungi petugas kesehatan yang berada di kelompok atau kloter apabila timbul masalah dengan kesehatan. "Yang paling penting memang minum yang cukup. Tidak boleh ada perasaan haus dan lapar," sebut Surahman.
Nah, salah satu minuman yang dapat dijadikan pilihan untuk mencegah dehidrasi adalah Larutan Cap Kaki Tiga. Minuman ini dapat mencegah sekaligus membantu meredakan panas dalam, karena mengandung mineral alami (gypsum fibrosum dan calcitum).