21 Persen Perempuan Rahasiakan Depresi Pascamelahirkan

Sabtu, 26 Agustus 2017 | 11:10 WIB
21 Persen Perempuan Rahasiakan Depresi Pascamelahirkan
Seorang perempuan alami depresi. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak ada hal lain di muka bumi yang bisa membandingkan kegembiraan ketika memiliki bayi bagi semua orang tua di dunia.

Tapi perlu diketahui, kelahiran anak juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu dengan cara mengubah suasana hati perempuan setelah persalinan.

Mulai dari depresi ringan hingga depresi klinis yang bertahan lama dan lebih mendalam yang juga dikenal sebagai depresi pascamelahirkan.

Depresi pascamelahirkan (PPD) sangat umum terjadi setelah seorang perempuan melahirkan.

Baca Juga: Pertama Kali Bercinta setelah Melahirkan, Perhatikan Hal Ini

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi mempengaruhi 1 dari 6 perempuan yang telah melahirkan.

Namun, menurut sebuah studi terbaru, satu dari lima atau 21 persen ibu baru yang mengalami gangguan mood postpartum tidak mengungkapkan gejala mereka pada penyedia layanan kesehatan.

Studi tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 10-20 persen perempuan mengalami gangguan mood yang signifikan setelah melahirkan, dan kelainan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan emosional ibu serta anak-anak.

"Studi kami menemukan bahwa banyak perempuan yang mendapat manfaat dari perawatan tidak menerimanya, karena mereka tidak mengatakan kepada siapapun bahwa mereka menghadapi tantangan," kata Betty-Shannon Prevatt, psikolog klinis dan mahasiswa doktoral di North Carolina State University. .

Studi tersebut menemukan bahwa perempuan yang tidak bekerja, memiliki riwayat masalah kesehatan mental atau sedang yang mengalami gejala parah lebih cenderung tidak ingin melaporkannya ke dokter.

Baca Juga: Ini Mengapa Setelah Melahirkan Libido Perempuan Menurun

Dan hampir semua perempuan yang mengalami tingkat stres tertinggi, dan juga dikelilingi orang-orang dengan jaringan dukungan sosial terkuat, paling mungkin melaporkan gejala mereka ke penyedia layanan kesehatan.

Untuk penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak, tim peneliti tersebut melakukan survei anonim terhadap perempuan yang telah melahirkan dalam jangka waktu tiga tahun sebelumnya.

Tanggapan survei menunjukkan bahwa 51 persen peserta penelitian memenuhi kriteria gangguan mood postpartum.

Namun, lebih dari satu dari lima orang yang mengalami hal ini tidak mengungkapkan masalah mereka ke penyedia layanan kesehatan.

"Studi ini menyoroti pentingnya jaringan pendukung dan kebutuhan untuk menormalkan beragam reaksi yang dialami wanita setelah melahirkan," kata Prevatt.

"Kita perlu memperbaikinya agar perempuan membicarakan kesehatan mental mereka, sehingga mereka dapat memiliki akses perawatan yang lebih baik. Bekerja dengan orang-orang di sekitar ibu baru mungkin menjadi kunci," Prevatt menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI