Suara.com - Seseorang dengan nyeri punggung bawah yang kronis mungkin akan merasa lebih sakit jika memiliki pasangan yang terlalu kritis, dan tidak mendukung kondisi mereka.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Pain pada 8 Agustus lalu, perempuan yang mengalami nyeri punggung dan mereka yang memiliki gejala depresi, merupakan orang-orang yang paling rentan terhadap kritik dari pasangan mereka.
Apakah sikap kasar tersebut diungkapkan secara terang-terangan atau ditunjukkan melalui perlakuan?
"Sebagian besar penelitian tentang interaksi pasangan dan keluarga, pada orang-orang dengan sakit kronis, berfokus pada efek positif dari dukungan sosial yang memadai," kata penulis utama, John Burns dari Rush University di Chicago.
Baca Juga: Sering Masturbasi, Apakah Bisa Sebabkan Sakit Punggung?
Burns mencatat, kritik terhadap pasangan bisa menyebabkan rasa sakit menjadi meningkat. Bahkan, sampai tiga jam kemudian, dan rasa sakit tersebut membuat pasien meringis, mengerang dan tegang.
Ini dapat menyebabkan meningkatnya kritik dari pasangan selama tiga jam tersebut. Burns mengatakan, bahwa dia juga menemukan dalam penelitian sebelumnya.
"Temuan (baru) ini menunjukkan efek berbahaya dari komunikasi pasangan yang negatif, yang ditujukan kepada pasien nyeri punggung bawah," ungkapnya.
Untuk penelitian ini, tim mengamati 71 pasangan melalui diskusi selama 10 menit tentang perspektif pasangan pada bagaimana pasien dengan penyakit degeneratif, stenosis tulang belakang dan hernia, serta bagaimana mereka bisa memperbaiki kemampuan untuk mengatasi rasa sakit.
Diskusi dimaksudkan untuk menghasilkan konflik. Namun, para penulis mencatat, tingkat kritik atau permusuhan tidak dimanipulasi.
Baca Juga: Kaum Perempun Diminta Kritis Sikapi Berita Hoax
Setelah itu, pasangan dengan nyeri punggung melakukan aktivitas terstruktur selama 10 menit yang melibatkan duduk, berdiri, berjalan, berbaring, membungkuk dan meregang untuk mengangkat benda yang diperhatikan oleh pasangan mereka.