Muncul Sisik seperti Ketombe di Kepala, Waspadai Psoriasis

Rabu, 16 Agustus 2017 | 16:29 WIB
Muncul Sisik seperti Ketombe di Kepala, Waspadai Psoriasis
Ilustrasi perempuan mengalami psoriasis (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jika Anda menemukan ketombe di bagian kulit kepala, coba perhatikan lebih lanjut. Apakah saat dikelupas menimbulkan bercak darah? Jika ya, maka waspadai penyakif autoimun yang disebut psoriasis.

Penyakit ini ditandai dengan kulit merah bersisik disertai rasa gatal ringan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit kepala, lutut, ketiak, leher, telapak tangan dan telapak kaki.

Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Danang Tri Wahyudi, mengatakan pada dasarnya psoriasis merupakan proses penyembuhan luka yang hiperaktif.

Sel-sel kulit sehat, kata dia, umumnya diganti setiap 28 hari. Namun, pada pasien psoriasis, siklus ini terjadi lebih cepat, yakni setiap empat hari sehingga kulit mati berlebih terakumulasi pada permukaan dan memicu sisik berwarna kemerahan.

"Psoriasis terjadi karena ada gen yang terikat, walau tidak selalu diturunkan. Bisa saja di atasnya tidak ada orangtua atau keluarga yang menderita psoriasis, tapi timbul sendiri. Merokok dan beberapa jenis obat-obatan serta infeksi juga dapat memicu psoriasis," ungkap dia pada temu media di Jakarta, Rabu (16/8/2017).

Lebih lanjut, dia memaparkan, kasus psoriasis yang terbanyak terjadi pada orang berusia 40 tahun. Namun, pada beberapa kasus psoriasis juga bisa diidap pada anak atau bayi baru lahir.

Selain gejala fisik yang kerap mengganggu, psoriasis, sambung dia, juga memengaruhi kondisi psikologis pasien. Tak sedikit pasien psoriasis yang dijauhi karena dianggap penyakit menular. Penampakannya yang mengerikan juga membuat pasien psoriasis mendapat stigma negatif dari lingkungannya.

"Selain itu kalau kulit menebal, pergerakan agak terganggu, kadang perih karena pecah kulitnya," tandasnya.

Psoriasis juga dianggap sebagai penyakit mahal. Pasalnya, dr Danang menyebut obat yang dipakai membutuhkan biaya cukup besar, dan meningkat seiring dengan tingkat keparahan penyakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI