Kematian Akibat Penyakit Menular Masih Hantui Indonesia

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 15 Agustus 2017 | 11:01 WIB
Kematian Akibat Penyakit Menular Masih Hantui Indonesia
Ilustrasi tenaga medis. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selama beberapa dekade terakhir, sepuluh penyebab kematian terbesar di dunia mulai bergeser. Menurut data dari Center for Disease Control (CDC), kematian akibat penyakit menular telah berkurang dan kematian akibat penyakit tidak menular justru meningkat.

Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Namun, tidak seperti di Negara maju lainnya, transisi epidemiologis belum sepenuhnya lengkap, sehingga penyakit menular tetap menjadi beban di Indonesia.

"Penurunan angka penyakit menular tidak terlalu bermakna," demikian diingatkan oleh dr. AndiDarma Putra, SpOG(K) dari Fakultas Kedokteran Unversitas Indonesia (FKUI).

Akibatnya, Indonesia memiliki beban ganda penyakit yang harus menjadi perhatian semua pihak. Di satu sisi, ada penambahan angka kematian karena penyakit tidak menular, sementara angka kematian karena penyakit menular pun masih tinggi.

Menurut Wakil Rektor bidang Riset dan Inovasi UI, Prof. Dr. rer.nat. Rosari Saleh, UI sebagai universitas terkemuka di Indonesia, telah mempertimbangkan untuk mengembangkan solusi dalam mengatasi masalah kesehatan global ini.

"Hal ini mendorong UI untuk secara aktif mencari solusi melalui kegiatan diskusi yang mengundang para pakar kesehatan global yang telah berpengalaman," jelasnya.

Untuk itulah FKUI melalui Medical Research Unit (MRU) menyelenggarakan kegiatan tahunan, The 2nd International Conference on Global Health (ICGH) 2017. Rangkaian The 2nd ICGH 2017 ini terdiri atas symposium, plenary lecture, oral presentation/free paper, poster exhibition, dan workshop yang digelar pada 15-16 Agustus 2017 di Aula Gedung IMERI-FKUI, Jalan Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat.

Kegiatan ICGH sendiri merupakan kegiatan tahunan yang digagas Universitas Indonesia (UI) untuk diselenggarakan oleh Rumpun Ilmu Kesehatan yang terdiri atas Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Farmasi (FF), dan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK).

Tema The 2nd ICGH 2017  adalah "Improving Quality of Life for Sustainable Development". Tema yang diangkat ini menyoroti gagasan yang diserukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) yaitu Sustainable Development Goals.

Gagasan tersebut berfokus pada upaya bersama, secara global, untuk menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh manusia demi meningkatkan kualitas hidup yang berkelanjutan.

Salah satu cita-cita dari Sustainable Development Goal adalah Good Health and Well Being, atau kualitas kesehatan yang baik dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh penduduk dunia.

Namun, hingga kini permasalahan kesehatan yang sistemik dan saling berkaitan masih menjadi tantangan tersendiri dalam upaya tercapainya cita-cita tersebut. Tingginya jumlah resistensi obat, tantangan untuk mengatasi beban penyakit tidak menular, HIV/AIDS dan tuberculosis (TBC), serta ketersediaan air bersih dan sanitasi yang tidak memadai berkaitan erat dengan kemiskinan, kelaparan, kualitas pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan, industri, dan masalah infrastruktur.

"The 2nd ICGH 2017 diharapkan dapat menjadi wahana yang tepat untuk mendapatkan solusi masalah kesehatan global tersebut," harap Rosari.

Dalam kesempatan tersebut, akan hadir para pembicara yang mumpuni di bidang masing-masing di antaranya dijadwalkan akan hadir Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, SpM(K), sebagai pembicara utama.

Selain itu ICGH juga akan menghadirkan sejumlah pembicara baik nasional maupun internasional, antara lain Prof. Prathip Phantumvanit (Thammasat University, Thailand); Assoc/. Prof. Teo Yik Ying (National University of Singapore); Prof. Dr. Adeeba Kamarulzaman (University of Malaya, Malaysia); Prof. dr. Maarten J. Postma (University of Groningen, Belanda); Prof. Henri Verbrugh (Erasmus Medical Center, Belanda); Ashkan Afshin, MD, MPH, MSc, ScD (University of Washington. Mereka diharapkan dapat mencari jalan keluar atas permasalahan kesehatan yang saat ini kian mengancam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI