Suara.com - Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa tokoh-tokoh jenius yang mampu mengubah sejarah biasanya punya kecenderungan mengidap gangguan jiwa atau gangguan kepribadian.
Sebut saja seorang pelukis genius, Vincent Van Gogh, yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Atau Charles Darwin, ilmuwan yang mempopulerkan teori evolusi, yang ternyata mengidap fobia dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Contoh lainnya yaitu seorang pakar matematika dan ekonomi pemenang Hadiah Nobel, John Nash, yang ternyata menyandang skizofrenia. Jadi, apakah semakin genius kemampuan otak seseorang akan semakin rentan kena gangguan jiwa? Simak ulasan lebih jauh yang dihimpun hellosehat.com.
Sebuah penelitian dalam British Journal of Psychiatry menguak bahwa anak-anak dengan prestasi akademis yang gemilang di sekolah ternyata empat kali lebih rentan mengalami gangguan bipolar daripada mereka yang prestasinya biasa-biasa saja.
Hasil penelitian yang serupa juga berhasil dicatat dalam The American Journal of Psychiatry. Dalam studi ini, peserta penelitian dengan IQ tinggi juga lebih rentan mengalami gangguan bipolar.
Karena itu, orang-orang yang memiliki kemampuan otak di atas rata-rata memang sangat erat kaitannya dengan gangguan jiwa tertentu.
Apa hubungan antara kecerdasan dan gangguan jiwa?
Para ahli sendiri belum memahami bagaimana persisnya orang dengan tingkat kecerdasan mengagumkan bisa jadi lebih rentan mengidap gangguan jiwa. Akan tetapi, sebuah penelitian oleh para ahli di Kanada dan Amerika Serikat bisa jadi batu loncatan untuk memahami hubungan dua hal ini.
Dalam penelitian yang dimuat di jurnal Neuron ini, dapat dilihat bahwa ada kandungan protein khusus dalam otak orang-orang jenius yang juga terdapat pada otak pasien gangguan jiwa, terutama skizofrenia dan gangguan bipolar. Protein ini disinyalir menjadi benang merah antara kecerdasan dan beberapa jenis gangguan jiwa.
Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk membuktikan sejauh mana peran protein khusus ini dalam fungsi otak manusia.
Seorang spesialis kejiwaan dari AS, dr. Nicholas Pediaditakis, punya teori yang tak kalah menarik. Bila diamati, para tokoh jenius yang juga mengidap gangguan jiwa biasanya punya satu ciri sifat yang sama.
Mereka cenderung canggung dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Ini mungkin saja diakibatkan oleh gangguan kejiwaan yang diidapnya.
Padahal, manusia memang dirancang untuk hidup berdampingan dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Jadi, memang ada banyak bagian otak manusia yang bertugas untuk menjalankan fungsi sosial.
Nah, bila bagian-bagian otak yang mengatur fungsi sosial Anda tidak bekerja terlalu keras, otak jadi punya sisa energi atau ruang yang bisa dialihkan fungsinya. Karena itu, pada orang-orang genius dan kreatif, fungsi otak mereka untuk berpikir, berkonsentrasi, dan memecahkan masalah pun jadi lebih leluasa dan maksimal.
Karena itulah mereka jadi lebih mampu menggodok ide-ide brilian dan mewujudkannya dengan baik. Misalnya dalam bentuk karya seni dan sastra, buah pemikiran politik, atau penemuan teknologi mutakhir. Namun sekali lagi, teori dr. Nicholas Pediaditakis ini masih harus diuji lebih jauh lagi sebelum menjadi bukti yang sah.
Jadi, apakah kecerdasan seseorang bisa membuatnya “gila”? Ada banyak sekali faktor yang bisa menyebabkan seseorang kena gangguan jiwa. Entah karena gen yang diturunkan orangtua, gangguan atau cedera pada otak, pernah mengalami kejadian traumatis, atau penyalahgunaan zat-zat seperti alkohol dan narkotika.
Oleh karena itu, belum bisa disimpulkan bahwa kecerdasan bisa membuat Anda “gila” atau mengidap gangguan jiwa. Keduanya memang saling berkaitan, tetapi hingga saat ini para ahli masih terus mempelajari kaitan tersebut lebih jauh.
Baca Juga: Kacamata Tanda Kecerdasan Seseorang?