Suara.com - Menyusui merupakan bagian dari pemenuhan hak anak dan kewajiban seorang ibu untuk memberikan nutrisi terbaik. Berbagai penelitian pun telah menemukan manfaat menyusui bagi ibu dan ASI eksklusif bagi bayi.
Namun sayangnya hasil pemantauan status gizi 2016 menyebut bahwa pencapaian ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 54 persen. Itu berarti masih ada 46 persen bayi lainnya yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan berbagai alasan.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan salah satu penyebab masih rendahnya capaian ASI eksklusif di Indonesia dipicu oleh pemahaman tenaga kesehatan yang kurang tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Ada sekitar 48.2 persen ibu di Indonesia yang tidak melakukan IMD sesaat setelah persalinan.
"Tantangan kita adalah belum semua tenaga kesehatan memahami betul tentang program IMD ini dengan berbagai alasan mulai dari pendidikan yang tidak diupdate sampai pengaruh produk susu formula yang menyasar tenaga kesehatan," ujar Anung pada temu media peringatan Pekan ASI Sedunia di Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Selain itu, minimnya dukungan perusahaan terhadap pekerja yang menyusui juga menjadi alasan mengapa cakupan ASI di Indonesia masih belum memuaskan. Data yang dihimpun dari 19 provinsi dengan 338 perusahaan menunjukkan baru 64.8 persen diantaranya yang menyediakan ruang menyusui bagi karyawan.
"Kami juga mendapat data 80 persen ibu atau wanita saat ini dalam kondisi bekerja sekalipun harus memberi ASI eksklusif. Sayangnya tak semua perusahaan memberikan fasilitas ruang menyusui," tambah Anung.
Untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif, Anung mengatakan bahwa pihaknya menginisiasi kembali mengenai pemahaman pemberian ASI eksklusif di lingkungan tenaga kesehatan.