Misalnya risalah ginekologi abad ke-12 berjudul Trotula ditulis dengan nama anonim. Risalah itu diedarkan secara luas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Prancis.
Buku tentang obat-obatan itu juga menggambarkan kelainan reproduksi lelaki sebagai bentuk "sterilitasisasi" yang berkaitan dengan ereksi dan emisi sperma.
Selain itu, buku juga mencakup sebuah uji coba untuk melihat apakah ada 'kecacatan' pada lelaki atau perempuan. Caranya, pasangan harus buang air kecil ke dalam panci dedak dan potnya harus ditinggalkan selama sembilan atau sepuluh hari.
Jika cacing muncul di salah satu pot, maka kesimpulannya dia adalah pasangan yang tidak subur. "Kita tidak dapat sepenuhnya memahami sikap seperti apa terhadap infertilitas lelaki di abad pertengahan karena kita memiliki sedikit catatan yang menggambarkan pengalaman orang-orang yang memiliki gangguan reproduksi," kata Catherine.
"Sulit untuk mengetahui apakah lelaki atau perempuan cenderung mencari pengobatan karena ketidaksuburan. Sebagian besar bukti kami berasal dari dokter yang mendiskusikan apa yang mungkin terjadi dan bagaimana mengatasi masalah ini," tambahnya.