Mereka menemukan bahwa perokok cenderung memiliki respons ketakutan yang lebih besar terhadap simbol setelah mereka diajari untuk menghubungkannya dengan sengatan listrik daripada orang yang bukan perokok.
Haaker mengatakan bahwa lebih banyak merokok, maka semakin sedikit kemampuan menghambat rasa takut. Hasilnya menunjukkan bahwa merokok mengganggu ingatan terkait rasa takut.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama orang merokok, semakin tinggi defisit dalam menghambat respons ketakutan. Para periset mencatat bahwa merokok mengubah keseimbangan neurotransmitter di otak, yang diperlukan untuk menjalani proses belajar yang baik.
Baca Juga: Mau Merokok, Remaja di Bekasi Nekat Todong Pakai Airsoft Gun