Suara.com - Pemerintah akan memulai program imunisasi nasional campak dan rubella bagi anak berusia sembilan bulan hingga 15 tahun di sekolah dan fasilitas kesehatan, pada Agustus dan September mendatang.
Pemberian vaksin campak dan rubella sekaligus atau MR ini bertujuan agar Indonesia dapat mengeliminasi kedua penyakit ini pada 2020 mendatang. Namun, apa sih bahayanya jika orangtua enggan mengikutsertakan anak pada program imunisasi campak dan rubella?
Dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A (K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, kedua penyakit ini dipilih untuk dieliminasi karena disebabkan oleh virus dan hanya dapat ditularkan oleh manusia. Untuk itu cara pencegahan yang efektif adalah dengan pemberian vaksinasi.
"Penyebabnya virus dan sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkannya. Jadi langkah terbaik adalah mencegah jangan sampai sakit dan itu bisa dicapai dengan vaksinasi," ujar dr Toto pada temu media di Kantor IDAI, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2017).
Selain itu, vaksinasi juga dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan oleh campak maupun rubella. Dia memaparkan, virus campak biasanya menginfeksi selaput lendir yang dapat menyebabkan kematian.
"Kalau campak komplikasinya bisa radang otak atau radang paru karena termasuk selaput lendir. Pada gilirannya dapat menimbulkan kematian. Kalaupun selamat bisa meninggalkan gejala sisa," imbuh dia.
Sedangkan infeksi virus rubella dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital yang memicu komplikasi seperti gangguan penglihatan, gangguan fungsi hati, kelainan jantung, gangguan saraf hingga pendarahan yang berujung kematian.
"Itu sebabnya harus dicegah dari awal. Kita mulai pemberian vaksinasi pada bayi berusia 9 bulan karena tingkat antibodi dari ibu sudah menurun. Imunisasi campak rubella pada usia tersebut bisa meningkatkan antibodinya," jelasnya.
Alasan lain yang mendasari orangtua harus mengikutsertakan anaknya pada program imunisasi nasional ini karena tak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Tentu saja hal ini akan menghemat pengeluaran keluarga dibandingkan jika terkena penyakit campak atau rubella yang memicu berbagai komplikasi.
"Kita harus membuat imunitas atau kekebalan populasi. Paling bagus cakupan imunisasinya harus diatas 95 persen. Kalau 85 persen masih ada proses penyebaran. Makanya kita lakukan kampanye MR supaya cakupan imunisasi bisa diatas 95 persen untuk perlindungan maupun eliminasi," tandasnya.