Miris, Kasus Gizi Buruk Cuma Berjarak 4 Km dari Istana Bogor

Jum'at, 21 Juli 2017 | 17:53 WIB
Miris, Kasus Gizi Buruk Cuma Berjarak 4 Km dari Istana Bogor
Muhamad Arif (28 bulan), bayi penderita gizi buruk di Bogor digendong Asep (ayah) bersama ibu dan kedua kakaknya. (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sempat Menolak Ditangani Puskesmas
Kabar mengenai Arif yang mengalami gizi buruk pun tersiar hingga ke Puskesmas Bogor Selatan. Dengan bantuan petugas Posyandu, tenaga medis dari Puskesmas pun menyambangi rumah kontrakan dimana keluarga Arif tinggal pada Juni 2016.

Ahli gizi dari Puskesmas Bogor Selatan yang menangani Arif, Sondang Yunita mengatakan, bahwa orangtua Arif sempat menolak putranya diintervensi tenaga medis. Ia bahkan sudah menunggu di Posyandu Rangga Mekar, namun keluarga Arif tak kunjung datang.

“Terus saya datangi ke rumahnya Juni 2016 bawa timbangan, pas pertama kali datang memang kurus, tapi nggak sekurus ketika masuk rumah sakit April kemarin. Nggak mau dibawa ke psoyandu alasannya jauh, tapi saya bilang kalau jauh cari yang terdekat. Cuman memang kelihatannya mereka nggak mau bawa anaknya ke tenaga kesehatan,” ujar Sondang.

Balita yang saat itu berusia 26 bulan itu pun langsung diintervensi dengan pemberian susu formula khusus F75. Pada jadwal intervensi berikutnya, Sondang mendapati keluarga Arif sedang pulang kampung ke Ciamis, Jawa Barat.

Menurut tetangga yang didatanginya, orangtua Arif berniat membawa Arif ke pengobatan alternatif untuk mendapatkan kesembuhan.

“Pada bulan Desember 2016, keluarga sudah kembali ke kontrakan, kami sempat meminta Arif dibawa ke puskesmas, tetapi keluarga balita menolak karena sudah dilakukan pengobatan alternatif dengan diurut,” tambah Sondang.

Hingga akhirnya pada awal Maret lalu kondisi Arif kian memburuk. Kader Posyandu setempat pun mendorong orangtua Arif untuk mau membawa anaknya ke dokter.

Akhirnya Ani dan Asep setuju membawa Arif ke RSUD Kota Bogor. Arif pun segera menjalani berbagai pemeriksaan fisik.

“Saya sakitnya kurang tahu apa. Kata dokter sakitnya banyak tapi nggak diceritain, cuman flek aja tahunya. Dirawat di sana sebulan, terus disuruh rajin kontrol,” ujarnya.

Sondang yang kala itu masih berkoordinasi dengan dokter dan ahli gizi RSUD Kota Bogor menyatakan bahwa gizi buruk yang dialami Arif memang tergolong sangat parah. Arif juga didiagnosis mengidap tuberkulosis atau TB sehingga membuat tubuhnya kerempeng dan kesulitan bernapas.

Belakangan diketahui bahwa Asep, sang ayah, juga didiagnosis mengidap Tuberkulosis yang disinyalir akibat kebiasaan merokoknya. Normalnya, menurut Sondang, Arif yang berusia 2 tahun 4 bulan dengan tinggi badan 74.5 cm setidaknya memiliki bobot tubuh 8.1 kilogram.

Namun sebulan setelah mendapat perawatan intensif beratnya hanya 7.3 kilogram. Itu artinya status gizi Arif masih tergolong kurang. “Jadi gizi buruk yang dialami Arif ini tak hanya karena kekurangan gizi, tapi juga diperparah dengan penyakit tuberkulosis yang dideritanya. TB ini sangat berbahaya karena mempengaruhi status gizinya juga,” tambah Sondang.

Asep dan Ani hanya bisa berharap kondisi Arif terus membaik. Keduanya tak tega melihat bocah mungil tersebut hanya terbaring lemah tak berdaya. Berkaca dari kasus Arif, nampaknya gizi buruk dan kemiskinan tak bisa dipisahkan.




 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI