Miris, Kasus Gizi Buruk Cuma Berjarak 4 Km dari Istana Bogor

Jum'at, 21 Juli 2017 | 17:53 WIB
Miris, Kasus Gizi Buruk Cuma Berjarak 4 Km dari Istana Bogor
Muhamad Arif (28 bulan), bayi penderita gizi buruk di Bogor digendong Asep (ayah) bersama ibu dan kedua kakaknya. (Suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kisah Arif, Balita Gizi Buruk di Bogor
Ani bercerita, saat berusia 17 bulan, bobot Arif menyusut hingga 6.4 kilogram dengan panjang badan 74.5 cm. Merujuk pada standar status gizi berdasarkan berat badan, umur, dan tinggi badan, buah hatinya itu dikategorikan sebagai balita gizi buruk, sangat kurus dan pendek.

Tubuhnya sangat kerempeng, tulang kaki yang begitu kecil, dengan bola mata yang hampir keluar. "Makannya sedikit, padahal waktu lahir berat badannya bagus 3 kilogram. Saya juga kasih ASI, tapi begitu di atas satu tahun terus turun berat badannya,” ujar Ani dengan suara lirih.

Perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini mengatakan bahwa kondisi Arif semakin memburuk ketika timbul gejala batuk yang membuat napasnya tersengal-sengal. Ia dan Asep sempat ragu membawa anaknya ke dokter, karena keterbatasan biaya.

Asep hanyalah seorang tukang rak piring yang mendapat penghasilan Rp 60 ribu sehari atau Rp 1.5 juta sebulan untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya.

“Rumah ngontrak, sebulan dua ratus ribu. Ini juga sudah dua bulan belum bayar. Kemarin pas Arif sakit sebulan nggak kerja, gantian jaga anak. Jadi nggak ada pemasukan,” imbuh Ani.

Keterbatasan ekonomi ini jualah yang membuat si sulung Andri terpaksa putus sekolah. Ani sebenarnya tak tega melihat putra pertamanya itu hanya mendekam di balik lemari, karena malu tak bersekolah seperti teman-teman lainnya.

Namun pendapatan sang suami yang pas-pasan memaksa Ani harus memberi pengertian pada Andri untuk berbesar hati. “Ya nanti kalau ada uang diterusin. Masuk sekolah kan mahal, bulanannya Rp 45 ribu,” ujar Ani.

Sehari-hari Ani mengaku memberikan makanan cukup gizi kepada buah hatinya. Biasanya ia memasak ikan, telur, atau mie sebagai lauk nasi yang praktis. Terkadang untuk makan, ia dibantu mertua atau tetangga dengan memberikan lauk dan sayuran untuk meringankan bebannya. Ia pun kebingungan mengapa Arif bisa menderita gizi buruk.

“Saya mah kasian lihat Arif sakit begini. Tiduran terus. Pas lahir juga gemuk, tapi kenapa sekarang bisa jadi begini,” ujar Ani sembari menitikkan air mata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI