Diabetes dan Gangguan Tidur Sebabkan Kebutaan?

Selasa, 11 Juli 2017 | 18:55 WIB
Diabetes dan Gangguan Tidur Sebabkan Kebutaan?
Seorang perempuan menyuntikkan obat diabetes. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi yang dilakukan pada pasien pengidap diabetes tipe 2 dan sleep apnea obstruktif atau gangguan tidur menyebutkan, mereka yang mengidap penyakit tersebut berisiko lebih besar kehilangan penglihatan dalam jangka waktu empat tahun.

Obstructive sleep apnea (OSA) adalah kondisi di mana dinding tenggorokan menyempit saat tidur yang mengakibatkan mendengkur, dan mengganggu pernapasan. Hal tersebut juga sudah sangat umum terjadi pada pasien diabetes tipe 2.

Sementara itu, retinopati diabetes, bentuk paling umum dari penyakit mata diabetes telah memengaruhi antara 40 persen, dan 50 persen pasien diabetes dan merupakan penyebab utama kebutaan di dunia Barat.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara OSA dan retinopati diabetes. Namun, belum ada penelitian yang dipublikasikan yang menilai dampak OSA terhadap perkembangan retinopati diabetes pada pasien diabetes tipe 2.

"Meskipun perbaikan kadar glukosa, tekanan darah dan lipid, retinopati diabetes tetap sangat umum," kata Abd Tahrani dari University of Birmingham di Inggris.

"Sementara itu, OSA telah terbukti sangat umum pada pasien diabetes tipe 2, yang tidak mengherankan mengingat kelebihan berat badan berkontribusi terhadap perkembangan kedua kondisi. Kebanyakan pasien yang memiliki OSA tidak sadar bahwa mereka memiliki kondisi dan penyakit ini bisa terdiagnosis selama bertahun-tahun," sambungnya.

"Kami telah menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes OSA dan tipe 2, dibandingkan dengan penderita diabetes saja, berisiko mengalami pengembangan retinopati diabetes lanjutan selama periode tiga tahun dan tujuh bulan," ujarnya.

Penelitian dilakukan di dua klinik diabetes, dan melibatkan 230 pasien diabetes tipe 2. Pasien dinilai untuk retinopati diabetes menggunakan pencitraan retina spesialis, sementara OSA dinilai menggunakan perangkat portabel pernapasan berbasis cardio-respiratory berbasis rumahan.

Studi tersebut menemukan, bahwa pada pertemuan lanjutan, rata-rata 43 bulan kemudian, pasien dengan OSA (18,4 persen) lebih mungkin mengalami retinopati diabetes sedang sampai parah dibandingkan mereka yang tidak memiliki OSA (6,1 persen). Ini juga menunjukkan bahwa pasien yang menerima perawatan untuk OSA menggunakan mesin yang terhubung ke masker wajah yang memberi tekanan untuk mencegah penyumbatan saluran udara selama tidur memiliki risiko lebih rendah untuk mengembangkan retinopati diabetes lanjut dibandingkan pasien yang tidak menerima pengobatan.

"Kita dapat menyimpulkan dari penelitian ini bahwa OSA adalah prediktor independen untuk progresi menjadi retinopati diabetes moderat atau berat pada pasien dengan diabetes tipe 2," kata Tahrani lagi. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. (Zeenews)

Baca Juga: Studi: Brokoli Mampu Turunkan Kadar Gula Darah pada Diabetesi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI