Suara.com - Di Indonesia, data rutin kesehatan ibu dan anak tahun 2016 menyebutkan, 28 persen penyebab kematian ibu saat melahirkan adalah pendarahan. Kondisi ini dapat dicegah jika semakin banyak pendonor darah sukarela secara rutin mendonorkan darahnya.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, ibu hamil usia remaja cukup tinggi di Indonesia. 27 persen di antaranya, anemia. Namun, tak banyak yang menyadari kondisi anemia saat hamil bisa memicu pendarahan yang mengancam nyawa mereka.
"Oleh karena itu dibutuhkan banyak kantong darah dari para pendonor, sehingga risiko kematian ibu saat melahirkan bisa ditekan," kata Menkes Nila pada Peringatan Hari Donor Darah Sedunia di Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Untuk meningkatkan jangkauan pendonor darah, pemerintah menginisiasi program Quick Wins, kerja sama antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah (UTD), dan rumah sakit dalam pelayanan darah. Program ini dibentuk untuk menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, melahirkan, dan nifas.
Hingga saat ini sebanyak 2.394 puskesmas melalui 123 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah menandatangani nota kesepahaman dengan UTD dan Rumah Sakit bekerja sama untuk menurunkan angka kematian ibu.
"Target sampai tahun 2017 adalah 3.000 puskesmas yang bekerjasama. Sedangkan sampai 2019 berjumlah 5.600 puskesmas," tandasnya.
Donor Darah Tekan Angka Kematian Ibu
Selasa, 11 Juli 2017 | 14:40 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Epson Goes To School dan Donor Darah Jadi CSR PT Epson Indonesia Rayakan Ulang Tahun ke-24
13 November 2024 | 19:53 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Health | 19:56 WIB
Health | 16:57 WIB
Health | 11:36 WIB
Health | 06:45 WIB
Health | 20:00 WIB