Tekan Kasus Gizi Buruk di Tangerang Sambil Berdonasi

Kamis, 08 Juni 2017 | 11:41 WIB
Tekan Kasus Gizi Buruk di Tangerang Sambil Berdonasi
Tekan gizi buruk dengan berdonasi (Suara.com/Firsta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2015 yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, angka balita gizi buruk di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 26.518 balita.

Bahkan, Indikator Kesejahteraan Rakyat 2016 menunjukkan, persentase anak dengan status gizi buruk terus meningkat dari 4,9 persen di 2010 menjadi 5,7 persen di 2013. Begitu juga dengan gizi kurang yang meningkat dari 13 persen menjadi 13,9 persen dalam periode waktu yang sama.

Sedangkan secara wilayah, Riskesdas (2013) juga melaporkan Banten sebagai salah satu wilayah dengan jumlah balita gizi kurang yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 17 persen.

Berdasarkan Profil Kesehatan Banten (2012), Kabupaten Tangerang menempati posisi kedua jumlah balita gizi buruk dan kurang tertinggi di Banten. Sebanyak 1.579 balita masih mengalami gizi buruk, dan 11.989 balita mengalami gizi kurang.

Untuk membantu pemerintah mengentaskan kasus gizi buruk di Banten, PT. Sumber Prima Anugrah Abadi selaku produsen Bakso Sumber Selera mengajak konsumen berdonasi dengan pembelian produknya.

"Setiap pembelian satu bungkus produk Bakso Sumber Selera isi 25 dan 50, konsumen telah menyisihkan Rp1.000 untuk memperbaiki status gizi buruk anak Indonesia, khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang," ujar Mumu Alkhodir selaku General Manager Operations berdasarkan keterangan resmi yang diterima Suara.com, Kamis (8/6/2017).

Program yang didukung penuh oleh PKPU Human Initative ini, kata Mumu, akan berlangsung selama enam bulan. Namun, untuk mekanisme pengumpulan donasi akan dihimpun dari hasil penjualan produk Bakso Sumber Selera sepanjang Bulan Ramadan 1438 H.

"Kami akan bekerjasama dengan petugas kesehatan di daerah setempat untuk mengintervensi anak dengan gizi buruk. Namun, setiap anak, intervensinya akan berbeda-beda tergantung kondisi dilapangan. Bisa karena asupan gizi kurang saat ibu hamil dan setelah bayi lahir atau karena kurangnya wawasan warga akan pemenuhan gizi lengkap dan seimbang," sambung Andjar Radite selaku Direktur Kemitraan PKPU.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI