Suara.com - Para ilmuwan kini telah melakukan terobosan dalam pengobatan inkontinensia. Untuk diketahui, inkontinensia adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat mengontrol buang air kecil.
Saat ini, para ilmuwan disebut telah mengidentifikasi gen yang memicu kondisi tersebut. Dikatakan, satu dari empat perempuan menderita 'stres inkontinensia' ketika sedang tertawa, bersin, batuk, berolahraga, atau gerakan lain yang memberi tekanan pada kandung kemih.
Penemuan terbaru ini membawa harapan bahwa masalah yang mempengaruhi jutaan perempuan tersebut dapat disembuhkan dengan mengadaptasi obat-obatan yang ada.
Saat ini tercatat 25% perempuan mengalami inkontinensia yang cukup buruk hingga merusak kualitas hidup mereka. Sejauh ini baru ada solusi berupa terapi, yaitu meliputi latihan dasar panggul dan latihan kandung kemih, dengan saran untuk meminum lebih sedikit cairan dan menurunkan berat badan. Dalam beberapa kasus, tindakan operasi pun dinilai perlu dilakukan.
Kondisi 'pipis susah dikontrol' itu sendiri disebabkan oleh beberapa hal, seperti persalinan alami dan menopause. Namun menurut peneliti pula, lebih dari separuh kasus masalah inkontinensia terjadi karena warisan (keturunan).
Terobosan kini telah dilakukan, ketika gen yang terkait dengan inkontinensia urin sudah dikaitkan dengan dua kondisi lain di mana ada perawatan obat yang bisa diuji. Diharapkan, obat-obatan yang sudah tersedia tersebut bisa segera disesuaikan.
"Dua puluh lima persen perempuan dewasa akan mengalami inkontinensia yang cukup parah hingga mempengaruhi kualitas hidup mereka. (Kami) Menemukan penyebab genetik dan rute pengobatan potensial menjadi prioritas," terang Dr Rufus Cartwright.
Peneliti mengkaji sebanyak 9.000 perempuan dari tiga kelompok di Finlandia dan Inggris. Mereka menemukan bahwa gen yang mempengaruhi inkontinensia berada pada area yang sama dengan yang berhubungan dengan hipertensi pulmonal dan sindrom Raynaud, di mana terjadi kejang arteri dan dapat mengurangi aliran darah.
"Penelitian sebelumnya telah gagal untuk mengkonfirmasi adanya penyebab genetik inkontinensia. Meskipun saya selalu berharap bahwa kita akan menemukan sesuatu yang penting, ada tantangan besar yang dihadapi dalam menemukan cukup banyak perempuan untuk berpartisipasi, dan kemudian mengumpulkan informasi tentang inkontinensia. (Kami) Sudah lebih dari lima tahun bekerja," jelas Cartwright pula.
Studi Terbaru Beri Harapan Perempuan yang Susah Kendalikan Pipis
Senin, 29 Mei 2017 | 19:33 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Revolusi Nutrisi: Dokter Spesialis Gizi Klinik Pelajari Pengaturan Pola Makan Berbasis Gen
02 September 2024 | 09:41 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI