Suara.com - Peneliti mengungkapkan, filter rokok yang diperkenalkan beberapa dekade lalu untuk mengurangi jumlah tar masuk di tubuh perokok, ternyata bisa mengubah sifat asap dan meningkatkan risiko kanker paru.
Dalam tinjauan penelitian tentang perubahan tingkat kanker paru, dan perubahan jenis kanker paru yang paling umum terjadi, penulis penelitian berpendapat, ventilasi yang merupakan lubang kecil yang digunakan di hampir semua rokok yang dijual saat ini menciptakan risiko kesehatan baru.
"Desain filter rokok yang memiliki ventilasi atau lubang kecil ini bisa membuat rokok jadi lebih berbahaya, karena lubang kecil tersebut bisa mengubah cara pembakaran tembakau. Sebaiknya biarkan perokok menghirup lebih banyak asap, dan menganggap asap lebih aman karena tanpa lubang kecil ini, asap justru lebih halus," ungkap penulis senior Dr. Peter D. Shields dari The Ohio State University Wexner Medical Center di Columbus.
Lebih lanjut, Shields mengungkapkan, ini berlaku untuk semua rokok. Pasalnya, hampir semua rokok di pasaran memiliki lubang kecil dalam filter mereka, bukan hanya yang biasa disebut lights atau ultra-lights.
Dia dan timnya juga meninjau kembali bukti yang menghubungkan lubang kecil dalam filter rokok dengan peningkatan tingkat kanker paru, dalam sebuah laporan online di Journal of National Cancer Institute, pada 22 Mei.
Ventilasi atau lubang kecil dalam filter memang mengurangi jumlah tar dalam asap rokok saat diuji pada mesin rokok. Namun, lubang kecil di bagian rokok membuat pembakaran tembakau lebih lambat, sehingga menghasilkan lebih banyak semburan asap per batangnya. Bahan kimia beracun inilah yang menjadi penyebab kanker karena dihirup oleh perokok.
"Penggunaan lubang kecil dalam filter, hanya bisa menghasilkan tar lebih rendah cuma pada mesin rokok. Ini tidak ada hubungannya dengan eksposur aktual pada manusia. Lubang kecil membiarkan mereka benar-benar menghirup lebih banyak asap dengan lebih banyak agen penyebab kanker," ungkapnya.
Tim Shields menulis, klaim konten tar yang rendah, perokok menjadi memiliki pemahaman yang salah, bahwa rokok dengan tar yang lebih rendah adalah rokok yang lebih sehat.
Lubang kecil pada filter yang digunakan juga menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil, yang memungkinkan lebih banyak asap menjangkau bagian paru yang rentan.
Meski kadar tar dan nikotin yang diukur dengan mesin rokok telah menurun seiring berjalannya waktu, belum ada perubahan asupan nikotin harian yang cukup besar di antara perokok selama 25 tahun terakhir.
"Bukti menunjukkan bahwa lebih banyak rokok modern yang justru lebih berisiko membuat penggunanya terkena kanker paru. Ada alasan selain lubang kecil pada filter rokok, yang juga bisa berkontribusi terhadap peningkatan risikonya," ungkapnya.
Karena itu, Shields menyarankan agar desain rokok sebisa mungkin harus diatur untuk mengatasi semua kemungkinan alasan yang membuat risiko kanker paru lebih besar pada perokok.
Lubang kecil itu, sambung Shields, tidak memiliki manfaat kesehatan, lubang kecil atau ventilasi ini tidak memiliki tujuan kesehatan. Rokok yang memiliki lubang kecil pada bagian filternya, tidak menurunkan tar ke manusia.
Lebih lanjut, Shields memaparkan, jika ini sebenarnya memiliki potensi bahaya, FDA bisa bertindak, biarpun sains itu tidak sempurna. FDA bisa meminta produsen rokok untuk membuat filter tanpa lubang kecil atau ventilasi. Ini mudah dan mereka sudah melakukannya untuk beberapa merek.
Memiliki filter mungkin memang lebih aman. Tapi penelitian ini membahas tentang lubang kecil yang sering digunakan pada filter. Pihaknya, lanjut dia, tidak mengatakan bahwa semua rokok harus menghilangkan filter, mereka hanya menekankan untuk mengubah desain rokok dengan membuang lubang kecil pada filternya.
"FDA sekarang memiliki wewenang untuk meminta penghilangan lubang kecil pada filter, karena lubang kecil atau ventilasi tidak memiliki tujuan kesehatan untuk masyarakat dan malah memberikan janji palsu untuk mengurangi risiko," ujar tim peneliti.
"Tindakan tunggal untuk melarang lubang kecil atau ventilasi pada filter rokok oleh FDA, sudah dibenarkan secara ilmiah, dan ini ada dalam mandatnya untuk memperbaiki kesehatan masyarakat," tulis mereka. (Huffingtonpost)
Jangan Tertipu! Filter Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru
Kamis, 25 Mei 2017 | 11:32 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Perokok Aktif Usia 40 Tahun Wajib Skrining Kanker Paru, Ini Alasannya
29 November 2024 | 15:19 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Health | 21:57 WIB
Health | 17:32 WIB
Health | 17:24 WIB
Health | 16:40 WIB
Health | 17:20 WIB
Health | 17:07 WIB
Health | 16:50 WIB