Awas, Kanker Paru 'Incar' Perokok Pasif!

Selasa, 23 Mei 2017 | 08:20 WIB
Awas, Kanker Paru 'Incar' Perokok Pasif!
Perokok pasif (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain perokok aktif, para perokok pasif yang sejatinya tidak merokok berisiko mengalami kanker paru. Menurut dokter spesialis paru dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, dr. Sita Laksmi, Ph.D., Sp.P (K), risiko perokok pasif mengalami kanker paru empat kali lipat lebih tinggi.

"Sedangkan perokok aktif risikonya lebih tinggi, yakni 13,6 persen. Namun, yang ingin kita tekankan adalah, perokok pasif juga berisiko kanker paru. Apalagi prevalensi merokok di Indonesia semakin tinggi," ujar dokter Sita.

Lebih lanjut, dia memaparkan, pada tahap awal kanker paru tidak menunjukkan gejala khas sehingga sulit dideteksi. Gejala mulai tampak setelah kanker memasuki stadium tinggi.

Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan, prevelensi kanker untuk semua kelompok umur di Indonesia 1,4 persen atau 347.392 orang. Yogyakarta menduduki peringkat pertama tertinggi dengan prevelensi 4,1 persen.

Pada perempuan, jumlah kasus baru kanker paru cukup tinggi yakni 13,6 persen, dan menyebabkan kematian sebesar 11 persen.

"Kematian akibat kanker paru pada perempuan lebih besar dibandingkan kemaian akibat kanker serviks," imbuh Sita di akhir forum diskusi.

Dalam kesempatan sama, Ketua Penelitian dan Registrasi Yayasan Kanker Indonesia, dr. Elisna Syahrudin, Ph.D., Sp.P (K) menyatakan, satu dari tiga penderita kanker paru adalah perokok aktif.

"Jadi hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari minat masyarakat akan candu tembakau serta paparan udara kotor dan asap rokok. Satu satunya jalan adalah, selalu memberikan edukasi, terutama dari pihak keluarga. Hal itu paling efisien," jelas Elisna.

Kepala Seksi Penyakit Kanker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Aries Hamzah, MKM., menyatakan pihaknya sebenarnya telah banyak menyusun regulasi guna meminimalisir kegiatan merokok di area umum, dan konsisten menyampaikan bahaya merokok terutama di sejumlah daerah.

"Namun, resistensi selalu ada dan tidak semua kementerian sejalan dengan program Kemenkes," papar Aries.

Baca Juga: Perokok Perempuan di Indonesia Meningkat 400 Persen

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI