Penyuka Manis? Bisa Jadi karena Si Hati!

Rabu, 03 Mei 2017 | 13:56 WIB
Penyuka Manis? Bisa Jadi karena Si Hati!
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam sebuah penelitian, beberapa orang dinilai memiliki kesalahan pada hati mereka, hingga membuat lebih menginginkan rasa manis dari yang lain. Karena itu, jangan salahkan keinginan, namun bisa pada hati Anda.

Periset di University of Copenhagen mengungkapkan, beberapa orang memiliki variasi hormon yang membuat mereka menginginkan lebih banyak makanan manis. Saat kita mengonsumsi makanan manis, hati mengeluarkan hormon yang disebut FGF21.

Periset menemukan, orang dengan varian gen FGF21 sekitar 20 persen lebih mungkin untuk ngidam hal-hal manis seperti kue dan permen.

Matthew Gillum, asisten profesor ilmu biologi yang memimpin penelitian tersebut dengan Niels Grarup, seorang profesor genetika metabolik di Universitas Kopenhagen, mengatakan,  studi ini juga memunculkan gagasan baru tentang peran hati dalam mengendalikan apa yang kita makan. Karena begitu makanan telah melewati perut dan usus, nutrisi organ berikutnya adalah hati.

Para periset memperhitungkan, hati juga bisa mengeluarkan hormon lain yang memandu pilihan makanan secara lebih luas.

"Bagaimana kita memutuskan apa, dan berapa banyak yang harus dimakan? Mungkin kenyang terdiri dari jalur berbeda yang mengendalikan berbagai jenis nutrisi. Penelitian ini telah membuka pikiran saya bagaimana sistem pengaturan ini bisa berjalan," jelas Prof. Gillum.

Temuan ini sejajar dengan kelompok lain yang menunjukkan, bahwa hormon tersebut berpengaruh pada kelompok primata. Namun, untuk pertama kalinya mereka memulai pengujian pada manusia.

Para peneliti berfokus pada dua varian hormon yang ada pada penelitian sebelumnya, dan dikaitkan dengan peningkatan asupan karbohidrat.

Studi ini juga mengungkapkan bagaimana hubungan antara varian dan peningkatan konsumsi alkohol juga merokok. Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memvalidasi hubungan tersebut.

"Puluhan faktor telah ditemukan terlibat dalam penyakit metabolik. Dalam penelitian ini, kita hanya melihat satu bagian kecil dalam teka-teki besar," tutur Penyidik ​​timbal balik Niels Grarup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI