Lama Menganggur Bisa Picu Gagal Jantung?

Senin, 01 Mei 2017 | 10:14 WIB
Lama Menganggur Bisa Picu Gagal Jantung?
Ilustrasi penyakit jantung, serangan jantung. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah hasil penelitian mengejutkan dipresentasikan pada Heart Failure 2017 dan Kongres Dunia Keempat tentang Gagal Jantung Akut di Paris, Prancis, yang berlangsung sejak 29 April lalu hingga 2 Mei 2017.

Dikutip dari Zee News, Senin (1/5/2017), hasil penelitian itu menyebutkan, hidup tanpa pekerjaan atau menanggur untuk waktu yang lama dapat menyebabkan gagal jantung.

Berdasarkan hasil temuan dari lebih 20.000 pasien gagal jantung, ditemukan bahwa menganggur pada tahap awal memiliki 50 persen peningkatan risiko kematian dan 12 persen meningkatkan risiko rawat inap karena gagal jantung dibandingkan dengan mereka yang memiliki pekerjaan.

"Kemampuan untuk memegang pekerjaan membawa informasi berharga mengenai status kesehatan dan penampilan," kata penulis utama studi Dr Rasmus Roerth dari Copenhagen University Hospital, Denmark.

Baca Juga: Peringati May Day, Para Jurnalis Tuntut Kenaikan Upah

"Dan pengecualian, tenaga kerja dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, masalah kesehatan mental dan bahkan bunuh diri," Roerth menambahkan.

Studi tim membandingkan risiko kematian akibat semua penyebab gagal jantung rekuren pada pasien berusia antara 18 sampai 60 tahun di antara 1997 hingga 2012.

Dari 21.455 pasien dengan rawat inap pertama untuk gagal jantung, 11.880, sekitar 55 persen adalah orang yang baru bekerja.

Selama rata-rata tindak lanjut 1005 hari, 16 persen pekerja dan 31 persen pasien pengangguran dinyatakan meninggal.

Sementara 40 persen dari pekerja dan 42 persen pasien yang menganggur dirawat di rumah sakit karena gagal jantung.

Baca Juga: Awas, Polusi Bisa Picu Kanker Jenis Ini

"Mereka yang tidak memiliki pekerjaan juga memiliki peningkatan risiko rawat inap di rumah sakit berulang," kata Dr. Roerth.

Roerth menyimpulkan bahwa mungkin tidak mengherankan bahwa status pekerjaan memiliki kaitan dengan proses perkembangan penyakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI