Operasi DBS Efektif Atasi Gangguan Tremor

Jum'at, 14 April 2017 | 14:51 WIB
Operasi DBS Efektif Atasi Gangguan Tremor
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan tremor yang ditandai dengan gemetar berulang yang tak disadari di satu bagian tubuh, kerap mengganggu seseorang dalam beraktivitas. Kondisi ini bisa merujuk pada penyakit parkinson.

Namun menurut dokter spesialis saraf Siloam Hospital Kebon Jeruk, Frandy Susatia, tremor juga dapat dipengaruhi faktor lain seperti kelelahan, konsumsi kopi berlebihan hingga pengaruh obat-obatan tertentu.

"Kalau parkinson, tremor terjadi saat kondisi istirahat. Tapi kalau saat beraktivitas dan tiba-tiba tremor bisa mengarah pada essential tremor," ujar dia pada temu media di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (13/4/2017).

Tremor esensial sendiri, tambah dr Frandy, biasa muncul pada usia 35 tahun ke atas pada lelaki maupun perempuan. Kondisi ini tak menyebabkan kematian namun bisa memburuk seiring dengan bertambahnya usia.

Baca Juga: Tangan Sering Gemetar Tanpa Sebab, Waspadai Kondisi Ini!

Ada berbagai terapi meringankan gejala tremor, termasuk suntik botox, pemberian obat-obatan dan operasi. Suntik botox menurut dokter Frandy, memiliki khasiat tak hanya untuk kecantikan tetapi juga memperbaiki gangguan saraf. Namun, efeknya hanya berlangsung 4-6 bulan.

Ia pun lebih merekomendasikan operasi Deep Brain Stimulation atau DBS. Meski tak berfungsi untuk menyembuhkan, teknik operasi ini dapat menekan gejala tremor seumur hidup.

Ditambahkan Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, operasi DBS dilakukan dengan menanamkan elektroda di tengah otak sebagai pusat tremor. Elektroda kemudian terhubung dengan perangkat stimulasi yang ditempatkan di bagian otak dalam. Elektroda ini dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber listrik.

Keunggulan teknik ini, pasien tak perlu lagi mengonsumsi obat dan kondisi tremor bisa berkurang 80-90 persen. DBS juga diklaim tak menyebabkan kerusakan otak atau efek samping yang berarti.

"Efek sampingnya sangat kecil, bahkan survei di dunia menyebut bahwa risiko pendarahan hanya 3.9 persen. Tapi keunggulannya tidak perlu minum obat dan pasien langsung bisa beraktivitas maksimal," pungkas dia.

Baca Juga: Cuma Lelaki Ini yang Bikin Dewi Perssik Klepek-klepek

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI