Antibiotik Wisatawan Berdampak Buruk Saat Pulang ke Negaranya

Minggu, 02 April 2017 | 07:02 WIB
Antibiotik Wisatawan Berdampak Buruk Saat Pulang ke Negaranya
Ilustrasi turis [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap tahun, jutaan wisatawan mengunjungi negara-negara dengan tingkat kebersihan yang buruk. Sekitar sepertiga dari mereka, kembali ke negara asal sambil membawa bakteri usus ESBL yang resisten antibiotik.

Tapi mereka yang pulang ke negaranya sering tidak menyadari hal tersebut. Beberapa daerah yang berisiko tinggi untuk menularkan bakteri ESBL adalah Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika dan Latin America.

Diare sendiri adalah keluhan kesehatan yang paling umum bagi orang-orang yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah berkembang di dunia. Diare yang telah tertular tersebut memiliki peningkatan risiko akuisisi ESBL dan jika memilih untuk menggunakan antibiotik, risiko menjadi dikalikan.

Sebuah studi di Finlandia dan dipimpin oleh Anu Kantele dua tahun lalu menunjukkan bahwa wisatawan yang bepergian ke daerah berisiko tinggi dan tertular diare hingga kemudian minum antibiotik, akan meningkatkan 80 persen kesempatan membawa bakteri ESBL super ke rumah saat kembali.

Baca Juga: Gaya Hidup Modern Bisa Ganggu Pasien Bipolar

Sebuah studi lanjutan yang dipimpin oleh Kantele juga mengatakan bahwa antibiotik yang di minum sementara di luar negeri tidak hanya membuat wisatawan rentan terhadap infeksi ESBL, namun juga menyebabkan bakteri terpilih kebal.

"Bakteri ESBL resisten terhadap penisilin dan sefalosporin, itulah mengapa infeksi disebabkan oleh mereka yang diobati dengan antibiotik lain, seperti fluoroquinolones (misalnya ciprofloxacin). Ketika kami menganalisis pasien dengan ESBL lebih dekat, kami menemukan bahwa di antara mereka yang tidak terpaksa menggunakan antibiotik, 37 persen tahan terhadap fluorokuinolon ESBL. Adapun wisatawan yang telah mengonsumsi fluorokuinolon, 95 persen memiliki strain ESBL resisten terhadap fluorokuinolon dan, memang, berbagai antibiotik lain. penggunaan antibiotik menyiratkan strain ESBL dengan spektrum luas, " jelas Kantele.

Kantele mencatat bahwa temuan ini cukup masuk akal. Ketika mengonsumsi antibiotik, bakteri yang bertahan hidup di sistem pencernaan akan resisten terhadap pengobatan.

"Resistensi antibiotik dapat ditransfer antara bakteri melalui paket yang berisi berbagai gen resistensi, yang berarti bahwa satu paket mungkin berisi resistensi terhadap beberapa jenis antibiotik," katanya. [Zeenews]

Baca Juga: Ingin Lebih Dekat dengan Masyarakat, PDSKJI Bikin Situs Resmi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI