Suara.com - Neuropati atau kerusakan saraf tepi bisa terjadi di seluruh tempat di bagian tubuh kita. Karenanya, setiap orang sebenarnya memiliki risiko penyakit yang memiliki gejala kesemutan, kram atau kebas ini.
Tapi, kata Dr Ahmad Yanuar, SpS, spesialis saraf dari RSCM, penderita diabetes adalah yang paling berisiko mengalami penyakit neuropati ini. Jika gula darah tidak dikontrol dengan baik, ujarnya, pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi saraf yang ada dibagian tubuh, khususnya di bagian kaki dan tangan.
Apalagi, lanjut dia, gejala neuropati pada pasien diabetes bisa timbul kapan saja dan tidak bisa diprediksi, khususnya bagi penderita diabetes yang kegemukan atau obesitas.
"Neuropati pada penderita diabetes bisa dimulai dari daerah-daerah di ujung tubuh. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan kaki diabetik, yang bisa membuat pasien diamputasi," ungkap dia dalam acara 'Bergerak Bersama #LawanNeuropati yang digelar oleh PERDOSSI dan Merck, Minggu (26/3/2017) di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Sempat Telan Nyawa, CPSC Kembali Lakukan Recall Hoverboard
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Kabid P2PN Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dr Widyastuti MKM. Menurutnya, diabetes atau kencing manis sangat kental hubungannya dengan neuropati.
Data International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan, angka diabetes di Indonesia mencapai sebesar 10 juta orang dan 50 persennya terkena neuropati.
"Diabetes itu adalah ibu dari segala penyakit dan merupakan penyebab kematian terbanyak. Karenanya, sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat untuk terus bergerak agar sel-sel saraf terus aktif," kata dia.
Selain itu, pasien yang terdiagnosa penyakit diabetes juga bisa langsung diberikan vitamin neurotropik. Langkah awal ini untuk mencegah risiko terjadinya neuropati atau kalau pun sudah mengalaminya tidak semakin parah.
Baca Juga: Menderita Melanoma, Ibu Ini Terpaksa Melahirkan dan Meninggal