Awas! Stres Berbulan-bulan Bisa Akibatkan Obesitas

Jum'at, 24 Februari 2017 | 13:13 WIB
Awas! Stres Berbulan-bulan Bisa Akibatkan Obesitas
Ilustrasi seorang lelaki bertubuh gemuk melahap burger yang termasuk makanan junk food. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut sebuah penelitian, mereka yang bekerja selama berbulan-bulan dalam tekanan memiliki risiko terkena obesitas lebih besar daripada mereka yang bekerja lebih santai.

Memiliki level kortisol atau hormon stres yang tinggi, membuat orang mengonsumsi 'makanan yang menenangkan'.

Makanan tersebut biasanya mengandung tinggi lemak, gula dan kalori yang akan mengancam ukuran lingkar pinggang mereka.

Selain itu, hormon juga dapat menentukan di mana lemak dapat disimpan dalam tubuh seseorang. Orang yang berada dalam kondisi stres, lebih mungkin menyimpan lemak di sekitar perut mereka.

Baca Juga: Cornelia Agatha Stres Diganggu Lelaki Kembar Ini

Peneliti dari University College London mengumpulkan 2.527 sampel rambut baik laki-laki maupun perempuan. Partisipan yang berusia di atas usia 54 diikuti selama 4 tahun.

Peneliti mengambil 2 cm rambut sebagai sampel atau setara dengan dua bulan pertumbuhan. Sampel rambut yang diambil adalah rambut baru yang paling dekat dengan kulit kepala.

Tingkat akumulasi kortisol, yang juga mengatur banyaknya perubahan dalam tubuh, seperti kadar gula darah, respon imun dan peradangan juga diambil.

Hasilnya, peneliti menemukan partisipan yang memiliki hormon yang tinggi dalam rambut mereka cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar.

Bukan hanya itu, mereka juga lebih berat dan memiliki indeks massa yang lebih tinggi.

Baca Juga: Ini Dia Efek Positif Stres yang Harus Anda Tahu

Dalam studi yang dipublikasikan oleh Journos Obesity mengungkapkan, mereka yang mengalami obesitas memang memiliki tingkat hormon kortisol yang tinggi.

"Hasil ini memberikan bukti yang konsisten bahwa stres berat berkaitan dengan risiko obesitas yang lebih besar," ujar penulis studi Dr Sarah Jackson, seperti dilansir Daily Mail.

"Orang-orang yang rambutnya memiliki kadar kortisol tinggi cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar. Hal yang penting adalah membawa lemak disekitar perut merupakan faktor untuk terkena risiko penyakit jantung, diabetes dan kematian dini," lanjutnya.

Kortisol pada rambut merupakan metode yang relatif baru dalam menilai tingkat stres kronis. Namun, Sarah juga mengingatkan bahwa peserta yang sudah relatif tua memiliki tingkat kortisol yang berbeda dengan partisipan yang masih muda.

Penelitian lain masih dibutuhkan seperti, apakah meningkatnya kortisol yang tinggi merupakan konsekuensi dari obesitas. Dengan demikian, peneliti dapat menawarkan metode baru mengenai pengobatan obesitas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI