Seputar Selective Eating Disorder yang Perlu Diketahui

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 20 Februari 2017 | 19:29 WIB
Seputar Selective Eating Disorder yang Perlu Diketahui
Selective Eating Disorder. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat orang-orang begitu terobsesi dengan apa yang mereka makan. Beberapa orang menjadi lebih pemilih karena alasan kesehatan atau bahkan gaya hidup. Tapi bagaimana bila kita tidak bisa memakan makanan tertentu dan memasukannya ke dalam mulut? Bagaimana bila sekuat apapun mencoba, kita terlalu takut memasukan makanan itu ke mulut kita?

Beberapa orang akan menilai hal tersebut sebagai 'pemilih makanan', lainnya akan menganggap hal tersebut sebagai gangguan makan yang disebut Selective Eating Disorder atau SED.

Konsep SED belum bisa diterima oleh seluruh kalangan masyarakat luas. Di tahun 2013, SED diakui sebagai kategori gangguan makan di American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.

Namun di Inggris, hal tersebut merupakan cerita lain. Deanne Jade, pendiri National Centre for Eating Disorders mengatakan hal sebaliknya.

Baca Juga: Posisi iPhone di Cina Anjlok

"Makan selektif adalah kata lain untuk makan yang bukan-bukan, dan bukan merupakan gangguan makan," katanya.

Felix Economakis seorang psikolog konseling dan hipnotis klinis di Inggris mengklaim bahwa SED benar-benar ada. Ia pertama kali menyadari ketika muncul dalam seri dokumenter yang tayang di TV Inggris pada 2007 silam.

Pada serial tersebut, Felix bertemu orang-orang yang tampaknya tidak hanya apatis terhadap makanan tertentu tapi juga merasa takut. Sejak saat itu, Felix mulai melakukan terapi bagi orang-orang yang fobia terhadap makanan tertentu.

Menurut Felix, ada perbedaan antara SED dan pemilih makanan. Meski kadang membingungkan, SED adalah benar-benar jenis fobia dimana seseorang tidak dapat makan atau menelan makanan tertentu, bahkan jika mereka ingin.

Felix telah bertemu seseorang yang hanya dapat makan roti, hanya roti. Felix juga kerap melihat orang yang hanya bisa menelan 15 jenis makanan. Meski terlihat banyak, 15 jenis makanan masih jauh dari jumlah seluruh makanan yang ada di bumi.

Baca Juga: Sesumbar Potong Tentara, Iwan Bopeng Dicari TNI, Lalu Minta Maaf

Felix merangkum ada tiga penyebab utama terjadinya SED. Hal yang paling sering terjadi adalah Food PTSD. Biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki pengalaman kurang mengenakan dengan makanan tertentu misal, tersedak atau sakit perut.

"Kita akan langsung berpikir, apa penyebabnya? Oke, makanan. Saya tidak bisa makan itu lagi," kata Felix.

Selain itu, hal lain yang menjadi isu pada gangguan makan adalah adanya masalah pada proses sensori.

"Beberapa tekstur mungkin terasa terlalu renyah atau terlalu basah atau aneh, apa pun yang mungkin terjadi," ujarnya.

Alasan terakhir adalah pergeseran dalam dinamika keluarga.

"Orang-orang mungkin seperti, 'Anak saya makan seperti biasanya, hingga akhirnya saya bercerai atau pindah dan tiba-tiba ia benar-benar rewel dengan makanan'," ungkap dia.

Seperti kebanyakan masalah kecemasan, Felix percaya bahwa semakin lama tidak diobati, akan menjadi lebih buruk nantinya.

Jadi apa pengobatannya? Ketika Felix mulai melihat kasus, dia berasumsi akan berurusan dengan gangguan pengolahan sensorik. Namun dirinya kemudian berpikir bahwa hal tersebut bisa jadi merupakan fobia.

"Saya pikir jika itu bertindak seperti fobia, maka mungkin adalah fobia," katanya.

Masuk atau tidaknya SED dalam masalah gangguan medis, jelas ada orang-orang di luar sana yang terkena dampak tidak bisa makan makanan tertentu.

"Cara termudah untuk mengatasinya adalah untuk melihat seseorang yang tahu apa yang mereka lakukan. Orang-orang mengatakan kepada saya, 'Saya pikir itu hanya terjadi pada saya. Saya pikir saya aneh. Dan kemudian mereka menyadari itu adalah kondisi yang bisa dibantu. Anda tidak sendiri," tutupnya. [Refinery29.uk] [Risna Halidi]

REKOMENDASI

TERKINI