Studi: Polusi Udara Pemicu Kelahiran Prematur

Senin, 20 Februari 2017 | 19:28 WIB
Studi: Polusi Udara Pemicu Kelahiran Prematur
Ilustrasi ibu hamil. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polusi udara tidak hanya menyebabkan tercemarnya lingkungan dan beberapa kerugian lain, melainkan juga memberikan efek buruk bagi kesehatan secara global.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran prematur. Di mana, dari 15 juta bayi yang lahir di seluruh dunia, kira-kira 1 dari 10-nya lahir prematur.

Seiring dengan faktor-faktor seperti kemiskinan dan status kesehatan ibu, penelitian baru menunjukkan bahwa polusi udara merupakan faktor risiko utama untuk kelahiran yang terjadi pada 37 minggu atau lebih awal.

Temuan yang dipublikasikan pekan lalu dalam jurnal Lingkungan Internasional, menunjukkan bahwa 2,7 juta kelahiran prematur di 183 negara pada 2010 dikaitkan dengan polutan udara yang umum dikenal sebagai partikel halus atau PM.

Baca Juga: Posisi iPhone di Cina Anjlok

PM merupakan bentuk berbahaya dari polusi yang terdiri dari partikel-partikel kecil di udara, yang mengurangi visibilitas dan dapat menyebabkan udara bersih menjadi hilang.

Biasanya, PM dilepaskan dari sumber-sumber seperti kendaraan diesel dan pertanian, hingga limbah pembakaran. PM dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan memberikan kontribusi pada masalah kesehatan.

"Studi ini menyoroti bahwa polusi udara mungkin tidak hanya membahayakan orang-orang yang menghirup udara secara langsung, tapi juga dapat mempengaruhi kondisi bayi yang masih dalam kandungan ibunya," kata Dr. Chris Malley, seorang peneliti di University of York dan penulis utama studi tersebut.

Kelahiran prematur yang dikaitkan dengan paparan ini, kata dia, tidak hanya berkontribusi pada kematian bayi, tetapi dapat memiliki efek kesehatan seumur hidup jika dia selamat hingga lahir.

Untuk penelitian ini, para peneliti dari Swedia, AS dan Inggris melihat data pada tingkat polusi udara di berbagai negara, dan menganalisis tingkat PM di wilayah. Kemudian, mereka membandingkan tingkat PM dengan apa yang para ilmuwan tahu tentang seorang ibu yang melahirkan bayi prematur, berdasarkan tingkat paparan polusi udara.

Baca Juga: Jangan Buang Tali Pusat, Jadi Obat Ibu dan Bayi di Masa Depan

Negara di Afrika dan Asia adalah negara yang memiliki kelahiran prematur terkait polusi paling banyak, dengan 75 persen berasal dari Asia Selatan dan Timur. India sendiri menyumbang sekitar 1 juta dari 2,7 juta kelahiran prematur terkait polusi.

Dalam tingkat kelahiran prematur keseluruhan secara global, India menempati urutan nomor satu, diikuti Cina, Nigeria, Pakistan dan Amerika Serikat.

Seorang perempuan yang tinggal di perkotaan India atau Cina, menghirup polusi udara sepuluh kali lebih banyak dari seseorang yang tinggal di pedesaan Inggris, misalnya, penulis penelitian mencatat.

Para peneliti mengakui bahwa sulit untuk menentukan penyebab pasti dari kelahiran prematur dan bahwa penelitian lebih lanjut sangat diperlukan, terutama di tempat-tempat seperti India dan Cina, untuk mengetahui tentang faktor risiko secara lebih jelas.

Kelahiran prematur dapat memiliki implikasi kesehatan jangka pendek dan panjang yang signifikan. Ini adalah penyebab utama kematian di kalangan anak-anak berusia di bawah lima tahun, dan juga telah dikaitkan dengan kecacatan serta peningkatan risiko gangguan kejiwaan. [Huffigton Post]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI