Awas! Vape Juga Bisa Sebabkan Kanker

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 31 Januari 2017 | 08:10 WIB
Awas! Vape Juga Bisa Sebabkan Kanker
Ilustrasi vape (rokok elektrik). (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pembakaran ini kemudian melepaskan ramuan racun radikal bebas yang tidak hanya menyebabkan kanker, namun juga penyakit jantung dan berbagai masalah lainnya.

Sementara itu, rokok elektrik menggunakan tenaga panas dari baterai untuk menguapkan campuran nikotin, gliserol atau propilen glikol, dan perasa (tergantung pada produk). Pemanasan terjadi pada suhu yang jauh lebih rendah dari pembakaran pada rokok tembakau, sehingga tampaknya masuk akal bahwa vaping tidak akan menyebabkan pelepasan semua racun yang sama dengan rokok.

Tapi klaim iklan vape bahwa Anda hanya menghirup uap air dan jejak nikotin tidak sepenuhnya benar, menurut Stanton Glantz, profesor kedokteran dan direktur Center for Tobacco Control Research and Education di University of California, dilansir dari The Week.

Uap asap rokok elektrik mungkin mengandung jejak bahan kimia penyebab kanker, seperti formalin, aldehida, acrolein, dan dietilen glikol, atau logam beracun seperti nikel. Semakin tinggi tegangan baterai, semakin tinggi suhu dalam kumparan dalam rokok elektrik — dan semakin tinggi panas yang dihasilkan berarti jumlah bahan kimia yang dilepaskan semakin banyak.

Baca Juga: Kaki Cedera Tak Urungkan Niat Dewi Sandra Umrah

Emisi juga bervariasi berdasarkan berapa lama rokok elektrik telah digunakan. Semakin lama itu digunakan, semakin tinggi tingkat bahan kimia itu dirilis, termasuk formalin, asetaldehida, dan akrolein — semuanya merupakan karsinogen atau agen pengiritasi pernapasan.

Ini karena residu bahan kimia menumpuk di atau dekat kumparan pemanas. Selagi residu ini memanas, vape merilis bahkan lebih banyak bahan kimia.

Kombinasi bahan kimia ini dapat memicu kerusakan sel yang bisa menyebabkan kanker, kata peneliti dari Veterans Affairs San Diego Healthcare System. Peneliti menggunakan teknik pengasapan dari uap vape langsung pada sampel sel epitel sehat (yang melapisi organ, kelenjar, dan rongga seluruh tubuh — termasuk mulut dan paru-paru) di cawan petri.

Mereka menemukan racun kimia ini merugikan sel tubuh dengan cara yang dapat memicu perkembangan tumor bahkan jika vape tersebut bebas nikotin.

Berdasarkan penelitian tersebut, sel-sel tubuh yang terpengaruh lebih mungkin untuk langsung terprogram mengalami cedera sel (nekrosis) atau kematian sel (apoptosis). Sel-sel yang terpengaruh asap, khususnya, menunjukkan tanda-tanda putusnya rantai double helix DNA.
Ketika salah satu atau kedua rantai pecah dan proses perbaikan sel tidak bekerja dengan benar, ini dapat menyebabkan kanker.

Baca Juga: Tolak Rayuan Cina, Mourinho: Cuma Mata Duitan yang Mau

Vaping Belum Ada Aturannya
Bukti-bukti ilmiah di balik rokok elektrik masih sangat terbatas dan tidak menyakinkan. Rokok elektrik juga tidak diatur oleh FDA Amerika maupun BPOM RI, yang pada dasarnya memungkinkan produsen e-rokok untuk beroperasi tanpa banyak pengawasan atas isi nikotin dan komponen kimia lainnya dalam cairan e-rokok mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI