Suara.com - Baru-baru ini masyarakat Kulon Progo, Yogyakarta, dihebohkan dengan kematian kematian bocah berusia 8 tahun berinisial H yang diduga terinfeksi antraks pada 16 Januari 2017. Namun hingga berita ini diturunkan, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa kasus tersebut masih berupa dugaan yang membutuhkan bukti lebih lanjut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh meminta masyarakat tetap tenang sembari menunggu hasil selanjutnya.
"Sampai saat ini kasus tersebut masih suspect. Dan prinsipnya kalau dua kali masa inkubasi tidak ditemukan kasus baru maka antraks di Yogyakarta ditutup. Dan sekarang tidak ada kasus baru lagi," ujarnya pada temu media di Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Subuh menambahkan, satu kali masa inkubasi antraks adalah 7 hari. Dan kini sudah memasuki hari ke-16 belum ditemukan kasus baru antraks di Yogyakarta.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa antraks sebenarnya bisa ditemukan dimana saja, tapi sebagian besar bakteri ini hidup dalam kondisi dormant atau tertidur. Faktor perubahan cuaca dan sistem imun seseorang yang lemah, dapat menginfeksi manusia secara langsung.
"Tapi kabar baiknya asal ditemukan bisa diobati dan sembuh. Obatnya antibiotik dan bisa didapatkan di puskesmas," tambah Subuh.
Sebagai pencegahan, ia mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan mengolah daging sampai matang. Dengan cara ini dipastikan bakteri dan virus akan mati.
"Yang paling aman itu diolah jadi rendang. Masaknya kan lama tuh, jadi bisa dipastikan mati semua virus dan kuman. Kalau di sate nggak seluruhnya matang jadi kalau saya lebih aman di rendang, tapi jangan berlebihan juga," tutur Subuh.
Lakukan Ini Agar Terhindar dari Antraks
Jum'at, 27 Januari 2017 | 07:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Jelang Hari Raya Idul Adha, Kenali Ciri-Ciri Hewan Kurban Terinfeksi Bakteri Antraks
16 Juni 2024 | 18:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI