Suara.com - Masalah gizi buruk adalah problema yang masih dihadapi masyarakat di Indonesia. Menurut angka Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan, angka nasional gizi kurang pada 2013 adalah 19,6 persen.
Desa Sujung di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dipilih sebagai tempat pengabdian Universitas Indonesia (UI) kepada masyarakat, September-Desember 2016. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran UI, tingginya status gizi kurang di desa Sujung membuat Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI melakukan program tersebut di desa tersebut.
Tim dari Departemen Ilmu Gizi FKUI RSCM mengadakan program Pencegahan Balita Gizi Kurang Melalui Penerapan Edukasi Gizi dan Pemanfaatan Bahan Makanan Lokal. Masyarakat diedukasi melalui modul CITA (Cerdas, Bergizi, Terampil dan Aktif).
Tim mengedukasi kader inti Posyandu dan guru PAUD menjadi kader CITA untuk menyebarkan materi ke kader dan guru lainnya.
Kader CITA yang sudah dilatih, kata Ketua Tim FKUI dr Rina Agustina, diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan gizi yang dimiliki kepada masyarakat, sehingga lebih banyak masyarakat yang teredukasi mengenai gizi seimbang.
"Selain itu, ibu sebagai ujung tombak gizi anak diharapkan mampu mandiri untuk menyajikan makanan bergizi seimbang yaitu yang bervariasi, padat gizi di rumah untuk anak dan juga membawa anak ke Posyandu untuk mengecek pertumbuhan anak," terangnya.
Guna mencegah gizi buruk, tim mengembangkan modul mengenai pengetahuan gizi seimbang dengan memberikan informasi mengenai gizi, hidup bersih, pola asuh orangtua yang baik serta penanganan gizi buruk. Pemberdayaan bahan pangan lokal guna mengatasi gizi buruk ini juga dilakukan tim di lapangan berdasarkan kondisi yang ditemui di desa Sujung.
"Kami berharap dari hasil train of trainer Modul Cita para kader dan guru PAUD meningkat pengetahuannya menjadi semakin baik mengenai gizi seimbang, pola hidup bersih dan sehat, serta pola asuh yang baik bagi anak balita," ujar Rina.
Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, ia berharap meningkat pula kesadaran dan kemampuan mereka untuk menjadi agent of change sehingga mampu menyampaikan pengetahuannya ke masyarakat.
"Terutama ibu dan keluarga yang memiliki anak balita khususnya untuk menyajikan makanan bergizi seimbang dan memantau pertumbuhan anak. Sehingga diharapkan angka gizi kurang (stunting) sebesar 35 persen di daerah tersebut dapat berkurang," ujar Rina Berharap.
Dengan edukasi dan promosi gizi yang sudah digiatkan, tambahnya, diharapkan kesadaran masyarakat mengenai gizi kurang bisa ditingkatkan. "Masyarakat juga tidak lagi menggunakan sungai sebagai pusat mandi, mencuci, serta buang air," imbuh Rina seraya mengingatkan warga membiasakan mencuci tangan saat sebelum makan dan sesudah buang air.
Peranan orangtua dalam pengasuhan anak di desa Sujung pun, tambah dia, diharapkan meningkat sesudah pelaksanaan program Pencegahan Balita Gizi Kurang ini.
Cegah Balita Kurang Gizi, Ini yang Dilakukan UI
Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 18 Januari 2017 | 17:00 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Siapa Oma Metia? Alumni UI yang Hidup Sebatang Kara Padahal Orang Tuanya Petinggi Polri Era Hoegeng
21 November 2024 | 17:33 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI