Suara.com - Obat-obatan yang selama ini Anda konsumsi berasal dari bahan-bahan kimia sehingga memiliki efek samping jika dikonsumsi terus menerus. Tapi di dunia farmasi, obat-obatan berbahan kimia merupakan produk lawas yang sudah ketinggalan zaman.
Kini, berbagai perusahaan farmasi dunia sedang melirik pengembangan obat biosimilar yang berasal dari makhluk hidup, seperti jaringan, sel, DNA atau protein mahkluk hidup itu sendiri.
Kepala Produksi PT Kalbio Global Medika Austin Yonika mengatakan obat biosimilar diciptakan melalui proses yang kompleks dengan memanipulasi sel hidup untuk memproduksi molekul sebagai bahan baku obat. Itu sebabnya, kata dia, sangat tidak mungkin bagi produk tiruan untuk menghasilkan produk yang benar-benar identik secara biologis.
"Obat biosimilar atau produk biologi tidak bisa disamakan dengan produk farmasi seperti obat-obatan kimia karena untuk membuatnya (biosimilar) ada beberapa pilihan host sel dan sumber gen yang berbeda. Variasi produk tinggi, mirip mungkin tapi tidak mungkin sama," ujar Austin pada temu media di Pabrik Kalbio Global Medika, Cikarang, Selasa (20/12/2016).
Proses produksi obat biosimilar sendiri, Austin menjelaskan, bank sel yang akan digunakan sebagai bahan baku akan dites terlebih dahulu apakah telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Jika lolos seleksi, bank sel akan dikultur atau diperbanyak hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan.
"Selanjutnya sel akan mengeluarkan protein ke medianya lalu masuk proses purifikasi yang terdiri dari beberapa step untuk mendapatkan API bulk (bahan baku aktif farmasi). Baru selanjutnya kita formulasi menjadi obat dan dikemas," tambahnya.
Perbedaan selanjutnya, lanjut dia, terdapat pada bentuk obat itu sendiri. Jika obat-obatan kimia produk farmasi klasik berbentuk tablet atau kapsul, obat biosimilar dikemas dalam bentuk injeksi.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Kalbe Farma Tbk, Sie Djohan menambahkan, tren biosimilar sebenarnya sudah lebih dulu berkembang di negara tetangga, Singapura sejak 20 tahun lalu. Bahkan mereka telah memposisikan diri sebagai basis produksi obat biosimilar di antara negara-negara Asia Tenggara.
Di Indonesia, Djohan mengklaim pihaknya merupakan yang perusahaan farmasi pertama yang meproduksi bahan baku obat biosimilar.
"Kami bukan hanya membuat produk jadi, tapi juga membuat sendiri bahan baku obatnya di sini. Awal tahun depan diharapkan produk ini bisa mulai dipasarkan. Sementara akan diproduksi Erythropoetin (pembentuk sel darah merah) dan GCSF pembentuk sel darah putih," ujar dia dalam kesempatan yang sama.
Kebutuhan dua biosimilar ini di Indonesia, kata Djohan, cukup besar. Erythropoetin dibutuhkan bagi pasien yang menjalani perawatan cuci darah atau hemodialisis, untuk memproduksi sel darah merah.
Sedangkan GCSF dibutuhkan oleh pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Untuk diketahui kemoterapi menyebabkan kerusakan sel darah putih pada tubuh penderita sehingga harus digantikam oleh sel darah putih baru.
PT Kalbio Global Medika, lanjut Djohan menggunakan teknologi terkini dalam proses produksi obat biosimilar. Selain itu didukung pula sumber daya manusia yang diberikan pelatihan khusus untuk memastikan produksi obat biosimilar berlangsung sesuai rambu-rambu.
"Harapannya kita bisa jadi lokomotif untuk Indonesia sebagai manufacturing based di Asia Tenggara. Karena Indonesia marketnya besar. Dan tren farmasi nanti akan bergeser dari produk kimia ke bioteknologi," pungkas dia.
Mengenal Obat Biosimilar, Tren Baru di Dunia Farmasi
Rabu, 21 Desember 2016 | 06:12 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Emiten Farmasi PYFA Bakal Gunakan AI dan Robot Dalam Produksi Obat
13 Desember 2024 | 09:54 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Health | 21:54 WIB
Health | 21:48 WIB
Health | 21:41 WIB
Health | 19:15 WIB
Health | 14:56 WIB
Health | 14:21 WIB