Suara.com - Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) pada 2015 mencapai 305 dari 100 ribu kelahiran. Menurut Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes, dr Eni Gustina, angka ini terbilang tinggi di tengah akses pelayanan kesehatan yang sudah semakin mudah.
Berbagai penyebab, menurut Eni pula, bisa memicu kematian ibu saat melahirkan. Namun menurutnya, ada dua faktor utama yang menjadi penyebab tertinggi kematian ibu hamil, yakni anemia dan kekurangan energi kronik (KEK).
Eni menjelaskan, pada 2013, Kemenkes mencatat 37 persen ibu hamil (bumil) mengalami anemia. Dari data tersebut, sebanyak 36,4 persen bumil anemia tinggal di perkotaan, sementara 37,8 persen berada di pedesaan.
"Sedangkan KEK sendiri itu dipicu oleh tiga kemungkinan. Pertama kemiskinan, (kemudian) adanya penyakit penyerta seperti TBC, atau bisa juga dipicu faktor kebiasaan tertentu seperti makan tak teratur atau kurang gizi," ujar dr Eni, dalam acara temu media Peringatan Hari Ibu di Kemenkes, Selasa (20/12/2016).
Sedangkan penyebab lainnya, lanjut Eni, biasanya dipicu oleh penyakit tidak menular yang diderita bumil, seperti misalnya penyakit kardiovaskular. Data menunjukkan bahwa 30 persen nyawa bumil terenggut karena penyakit jantung dan hipertensi.
Untuk mencegah risiko kematian ibu saat melahirkan, Eni pun mengimbau agar para bumil memperhatikan asupannya selama hamil. Salah satunya dengan mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah-buahan.
"Penting bagi bumil untuk mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung kalsium. Kalau kurang kalsium, maka bisa meningkatkan risiko bumil mengidap hipertensi atau eklamsi saat persalinan yang berujung kematian," pungkasnya.
Tingginya Angka Kematian Ibu Paling Banyak Disebabkan Hal Ini
Selasa, 20 Desember 2016 | 19:31 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Keuntungan Mendapatkan Perawatan dari Konsultan Fetomaternal untuk Ibu Hamil Berisiko Tinggi
22 Desember 2024 | 19:08 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI