Konsultasi ke Dokter Tak Selalu Harus Mendapat Obat

Rabu, 23 November 2016 | 11:48 WIB
Konsultasi ke Dokter Tak Selalu Harus Mendapat Obat
Ilustrasi konsultasi ke dokter, pemeriksaan kesehatan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Biasanya usai mengunjungi dokter, pasien akan diberi resep obat untuk dikonsumsi. Mungkin tak ada yang salah dengan hal ini, karena obat memang sebaiknya dikonsumsi sesuai anjuran dokter.

Namun anggapan yang harus diluruskan adalah tak selamanya dokter harus memberikan obat atas keluhan yang dialami pasien. Menurut Putri Suhendro selaku perwakilan dari Yayasan Orangtua Peduli (YOP), obat seharusnya diberikan hanya pada kondisi yang benar-benar dibutuhkan.

"Kami mengedukasi bahwa saat pergi ke dokter bukan harus mendapatkan obat, yang lebih penting justru konsultasi. Kalau betul-betul batuk pilek apa yang harus jadi dilakukan," ujar Putri pada Pekan Peduli Antibiotik 2016 di Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Menurutnya, pemberian obat seringkali memicu tindakan medis berlebihan. Bahkan, tak sedikit penyakit yang sebenarnya tak perlu diobati dengan antibiotik.

Baca Juga: Masih Ada Dokter Berikan Antibiotik untuk Hal yang Tak Mendesak

"Setiap obat selalu mengandung zat aktif yang berisiko. Sering kali tidak ditanyakan misal ada pasien yang alergi obat atau obat yang diberikan tidak sesuai indikasi," imbuhnya.

Dia menambahkan, salah satu risiko dari konsumsi obat-obatan yang tak dibutuhkan tubuh, terlebih jenis antibiotik, dapat memicu resistensi bakteri. Ia menegaskan, tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Apalagi jika penyakit disebabkan oleh infeksi virus.

"Batuk pilek itu penyakit harian yang tidak butuh obat apalagi antibiotik. Tapi sayangnya, masyarakat menganggap bahwa penyakit seperti itu harus diatasi dengan obat, bahkan antibiotik," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, dr Harry Parathon, SpOG(K) mengatakan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat, membuat tubuh kebal pada bakteri sehingga ketika terinfeksi penyakit. Seseorang membutuhkan antibiotik satu tingkat diatasnya yang tentu saja memiliki efek samping yang lebih tinggi.

"Kalau digunakan tidak sesuai tujuan, yakni mengobati penyakit bukan karena infeksi bakteri, maka akan mengganggu bakteri normal yang ada dalam tubuh. Akibatnya bakteri baik akan berubah menjadi bakteri jahat yang menyebabkan penyakit," tambahnya.

Baca Juga: Ade Komarudin Dicopot dari Ketua DPR Tanpa Tanda Tangan Ketum

Untuk menekan kematian yang disebabkan oleh antibiotik, dr Harry mengimbau agar masyarakat lebih pintar dalam menyikapi keberadaan antibiotik.

"Pertama, gunakan antibiotik secara bijak, yakni saat terjadi infeksi bakteri. Lalu cegah penularan bakteri resisten dari satu pasien ke pasien lainnya, terutama saat menjenguk orang sakit, lalu jaga kebersihan lingkungan dan selalu cuci tangan pakai sabun," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI