Suara.com - Dongeng selama ini digunakan sebagai media untuk menanamkan kebiasaan baik pada anak. Saat membacakan dongeng, orang tua biasanya hanya fokus menyampaikan nilai moral yang terkandung dalam cerita.
Padahal, pendongeng yang sekaligus pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo Zidni, menceritakan pesan moral di akhir dongeng dapat merusak imajinasi si buah hati.
"Sebenernya, kita nggak boleh kasih nilai moral di akhir cerita karena bisa merusak cerita, imajinasi, dan interaksi yang kita bangun," ujar Ariyo pada Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016 di Museum Nasional Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Sebaiknya, lanjut dia, orangtua menyerahkan pada anak pesan moral yang didapat dari cerita tersebut. Hal ini bisa terlihat dari respon si kecil saat mendengarkan cerita yang dibacakan orangtuanya.
"Dongeng, sejatinya adalah komunikasi dua arah sehingga yang terbangun adalah pengalaman bersama. Anak akan merespon apakah dia suka cerita tersebut atau tidak," lanjut dia.
Ariyo menambahkan, mungkin saja anak akan berimajinasi mengenai nilai baik lain yang tak terbayangkan sebelumnya oleh orang tua. Tanpa mengatakan, ada nilai positif yang ditangkap anak dari cerita orang tua.
"Menasihati baik, tapi tidak semua anak bisa menerima. Dengan dongeng, semua bisa. Karena dalam dongeng itu kita mengatakan tapi tidak mengatakan. Kalau kita kasih tahu nilai moralnya nanti jadinya ceramah bukan dongeng," pungkasnya.