Suara.com - Beberapa perusahaan yang memiliki waktu kerja 24 jam seperti rumah sakit, kepolisian, penyedia layanan transportasi, pemadam kebakaran dan media massa menerapkan sistem kerja bergilir atau shift work.
Nyatanya, meski setiap shift memiliki durasi kerja yang sama, risiko kesehatan mengintai para karyawan dengan sistem kerja ini.
Menurut dr Iwan Siahaan dari Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) ada beberapa bahaya kesehatan yang mengintai, seperti gangguan irama sirkadian, gangguan tidur, dan munculnya berbagai penyakit kronis dalam jangka panjang.
"Tubuh secara alami memiliki waktu istirahat di malam hari. Hal ini telah diatur oleh ritme dalam tubuh yang berlokasi di otak untuk mengatur aktivitas biologi kimia dan hormon. Misalnya tekanan darah dan suhu tubuh akan meningkat di siang dan menurun di malam hari. Nah kalau ditukar, maka pekerja shift malam misalnya, akan berkurang kemampuan dalam melakukan aktivitas terbaiknya," ujar dia di Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Iwan menambahkan, beberapa penelitian yang pernah ada juga menunjukkan bahwa tidur merupakan kebutuhan biologis yang sangat diperlukan. Sehingga ketika kualitas tidur terganggu, maka risiko terjadinya kecelakaan kerja pun meningkat.
Ia juga mengatakan bahwa pekerja harus mewaspadai jam-jam tertentu dimana rasa kantuk berada pada puncaknya, yakni pukul 02.00-04.00 WIB dini hari dan 14.00-16.00 WIB, terlebih pada pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan tinggi.
"Tidak seimbangnya antara bekerja dengan kebutuhan waktu istrahat seperti jadwal shift work yang tidak baik dan long working hours akan menghasilkan kelelahan yang kronis. Konsekuensi adanya kelelahan akan menurunkan kewaspadaan, persepsi yang lambat dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi," tambah Iwan.
Jika dilakukan dalam jangka panjang, lanjut dia, bekerja dengan sistem bergilir dapat memicu gangguan pencernaan seperti susah buang air besar, kenaikan asam lambung bahkan serangan jantung.
"Tekanan darah di malam hari yang seharusnya menurun justru meningkat karena bekerja shift malam. Hal ini dalam jangka panjang dapat memicu sumbatan di pembuluh darah jantung yang memicu stroke. Sedangkan perempuan, risikonya diitambah dengan gangguan menstruasi yang tak normal," pungkas Iwan.