Berkarier Bukan Halangan Berikan ASI Eksklusif

Angelina Donna Suara.Com
Sabtu, 15 Oktober 2016 | 19:37 WIB
Berkarier Bukan Halangan Berikan ASI Eksklusif
Ilustrasi ibu menyusui ASI. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar keperawatan maternitas Ns. Rita Dewi, M.Kep. Sp.Kep.Mat mengingatkan kesibukan berkarier bagi perempuan bukan halangan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif.

"Kendala yang sering dialami perempuan karier yang punya anak yang masih bayi adalah pemberian ASI eksklusif. Namun, sesibuk apapun, tetap berikan ASI secara eksklusif," katanya di Semarang, Sabtu (15/10/2016)

Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi pemateri kegiatan "parenting class" bertema "Perawatan Bayi Baru Lahir" yang diprakarsai Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kusuma Pradja Semarang.

Jebolan Magister Keperawatan Maternitas Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan ibu yang berkarier tetap berkesempatan memberikan ASI eksklusif dengan cara diperah atau dipompa.

"Mestinya, ada ruang laktasi di unit-unit kerja. Jadi, ibu yang masih masa menyusui bisa menyempatkan waktu untuk memompa ASI untuk diberikan pada anaknya meski mereka bekerja," katanya.

Rita yang juga Kepala Bidang Keperawatan RSIA Kusuma Pradja Semarang itu mengatakan ASI yang sudah dipompa dan ditempatkan dalam botol atau wadah khusus bisa bertahan sekitar 6-8 jam.

"Itu dalam kondisi ruangan dengan suhu biasa. Kalau dimasukkan dalam kulkas, ASI bisa bertahap sampai 3 hari. Jika mau lebih lama, bisa dimasukkan 'freezer'. Bisa sampai satu bulan," katanya.

Maka dari itulah, kata dia, berkarier atau bekerja sebenarnya bukan halangan bagi para ibu untuk tetap memberikan ASI-nya secara eksklusif, sebab banyak upaya yang bisa dilakukan.

Selain itu, Rita mengatakan kendala pemberian ASI eksklusif biasanya juga dialami ibu-ibu muda atau yang belum pernah memiliki anak, sebab tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai ASI.

"Ibu-ibu muda yang belum pernah punya anak kan sering khawatir saat mengetahui ASI-nya tidak keluar banyak. Ketika bayinya menangis, mereka menganggap anaknya masih lapar karena ASI kurang," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI