Ini Pentingnya Morfin Bagi Pasien Kanker

Senin, 22 Agustus 2016 | 19:51 WIB
Ini Pentingnya Morfin Bagi Pasien Kanker
Ilustrasi morfin. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mendengar kata morfin, mungkin yang ada di pikiran Anda adalah salah satu jenis obat yang dapat menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, banyak orang menganggap bahwa morfin adalah 'barang haram'.

Tapi tahukah Anda, bagi pasien kanker, morfin bisa menjadi penyelamat sementara mereka. Konsultan Onkologi Anak RS Dharmais Jakarta, dr Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A (K) MHA, mengatakan, tak sedikit pasien kanker yang merasakan rasa nyeri luar biasa.

Hal ini tak hanya membuat mereka merasa begitu menderita dengan kondisi yang dialaminya, tapi juga menghambat mereka untuk beraktivitas.

"Ada pasien saya yang kalau mau mengangkat tubuh bagian belakang itu suara teriakannya bisa terdengar seluruh bangsal, karena sakit luar biasa. Belum lagi kalau mau buang air kecil. Untuk menghindari rasa nyeri dia memilih untuk menahan kencing lalu timbul masalah selanjutnya, yaitu infeksi saluran kemih," ujarnya pada temu media bertema 'Basic Knowledge of Oncology' di RS Mitra Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (22/8/2016).

Dengan pemberian morfin sesuai dosis, rasa nyeri yang dirasakan pasien kanker, menurut Edi, bisa berkurang. Pasien tak lagi merasakan rasa sakit luar biasa dan menjalani hidup lebih bahagia meski sedang mengidap penyakit serius.

"Morfin sebagai terapi paliatif pasien kanker yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dengan meredakan rasa nyeri yang selama ini membuat pasien menderita," imbuhnya.

Berbicara mengenai terapi paliatif sendiri, Edi meluruskan anggapan banyak orang yang mengaitkan terapi ini dengan sisa usia pasien kanker yang mendekati kematian. Padahal komponen utama terapi paliatif adalah manajemen gejala, dimana salah satunya fokus untuk mengendalikan rasa nyeri.

"Paliatif sudah dimulai sejak diagnosis kanker ditegakkan. Kalau datang dengan stdium lanjut maka porsi terapi paliatif lebih besar daripada pengobatannya. Namun tidak benar bahwa paliatif hanya pelayanan menjelang kematian," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI