Fakta Alergi Sperma yang Harus Anda Tahu!

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 12 Agustus 2016 | 19:28 WIB
Fakta Alergi Sperma yang Harus Anda Tahu!
Ilustrasi sperma. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 12 persen perempuan di seluruh dunia mungkin memiliki alergi terhadap air mani manusia dengan gejala bervariasi, mulai dari iritasi kulit, gatal-gatal, nyeri saat buang air kecil, eksim atopik, hingga syok anafilaktik, demikian seperyi yang dilansir Huffington Post.

Lantas, apa yang dimaksud dengan alergi sperma?
Alergi sperma yang disebut juga dengan alergi semen (air mani) atau hipersensitivitas plasme seminal, adalah reaksi alergi langka terhadap protein yang terkandung dalam air mani lelaki — glycoprotein yang diproduksi oleh prostat — bukan terhadap sel sperma aktif itu sendiri.

Alergi langka ini kebanyakan mempengaruhi perempuan, terutama mereka yang berusia usia 20-30 tahun sebagai kelompok usia yang paling rentan terhadap kondisi langka ini. Kondisi ini dapat memunculkan gejala sesegera mungkin hingga satu jam setelah paparan pertama dengan air mani lelaki.

Beberapa gejala umum dari alergi sperma seperti yang disebutkan oleh HelloSehat.com adalah kulit memerah, pembengkakan, nyeri, gatal, dan rasa panas di daerah vagina. Reaksi tidak hanya terbatas pada area sekitar genitalia, tapi dapat timbul di area kulit lain yang juga terkena paparan air mani, termasuk kulit luar dan mulut.

Gejala tersebut dapat bertahan selama beberapa jam atau beberapa hari.

Bisa mengancam nyawa
Pada beberapa perempuan, gejala ini hanya timbul terlokalisasi (tidak menyebar) di satu area utama. Tetapi untuk sebagian perempuan lainnya, gejala dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Mereka mungkin akan memiliki ruam kemerahan gatal, kepala terasa ringan dan berkunang-kunang, kulit bengkak, kesulitan bernapas, serangan asma, hingga anafilaksis, reaksi alergi yang mengancam nyawa.

Alergi sperma dapat ditemukan saat seorang perempuan pertama kali berhubungan seksual, tetapi kadang bisa terjadi setelah perempuan tersebut pernah memiliki partner seksual sebelumnya tanpa mengalami reaksi alergi sedikit pun. Atau, reaksi dapat timbul dengan tiba-tiba tanpa indikasi apapun di kemudian hari bahkan saat Anda hanya menjalani hubungan seksual monogami dalam waktu lama.

Alergi sperma tidak spesifik untuk pasangan seksual tertentu. Perempuan yang memiliki reaksi terhadap air mani pasangannya biasanya akan menghadapi masalah yang sama dengan air mani lelaki lain.

Berganti pasangan tidak akan membantu mereka untuk terbebas dari alergi sperma. Kondisi ini sering salah didiagnosis sebagai alergi kulit biasa, vaginitis (peradangan vagina), infeksi jamur, atau penyakit kelamin menular, seperti herpes.

Satu petunjuk yang dapat memberikan perbedaan besar dalam hasil diagnosis adalah pemakaian kondom. Jika seorang perempuan diduga memiliki alergi sperma, seharusnya ia tidak menunjukkan gejala apapun ketika berhubungan seksual dengan pasangan yang menggunakan kondom.

Reaksi alergi hanya akan muncul saat melakukan hubungan seks tanpa perlindungan kondom.

Alergi Sperma, Bisa Hamilkah?
Di samping reaksi alergi dan ketidaknyamanan fisik, perempuan yang mengidap alergi sperma juga mengalami stres emosional akibat dampak yang dapat timbul pada hubungan mereka dengan asangannya dan kekhawatiran mengenai perencanaan kehamilan.

Peneliti Australia percaya bahwa sensitivitas ini bisa menjadi faktor dalam endometriosis, kondisi medis umum yang seringnya melemahkan — menyebabkan periode menstruasi yang sakit dan perdarahan berat.

Diperkirakan 10-20 persen perempuan Indonesia usia repoduksi memiliki kondisi ini, dilansir dari website Universitas Indonesia. Endometriosis disebabkan oleh sel-sel endometrium (dinding pelapis rahim) berpindah ke indung telur, panggul di belakang rahim, dan bagian atas vagina.

Endometrium juga dikaitkan pada peluang ketidaksuburan pada perempuan, dengan penyebab yang belum diketahui dan belum tersedianya obat yang dapat menyembuhkan kondisi ini.

Dilansir dari Daily Mail, dalam sebuah studi baru oleh Dr. Jonathan McGuane, peneliti bidang genetik dan reproduksi di University of Adelaide, ditemukan bahwa tikus lab memiliki peluang yang lebih rendah untuk memiliki endometriosis jika mereka dilahirkan dengan sebuah gen yang membuat mereka memiliki kadar protein Trans Growth Factor-1 (TGF-1) rendah dalam rahimnya.

Air mani manusia kaya akan TGF-1. Untuk dapat mengaitkan gen ini terhadap perkembangan endometriosis, McGuane melakukan transplantasi jaringan dari rahim manusia kepada tikus lab khusus bebas kuman, untuk kemudian dipertemukan kontak dengan sampel cairan air mani.

Dalam dua minggu, cangkokan rahim tersebut membesar luar biasa dan mulai merontokkan sel-selnya — yang menerangkan penyebaran endometriosis.

Sarah Robertson, profesor imunologi dan salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, menjelaskan bahwa masalah ini dapat timbul akibat komponen dalam cairan air mani (TGIF-1) yang menciptakan perubahan dalam struktur rahim, misalnya untuk membantu proses pembuahan. Dalam banyak kasus, menurut Robertson, aktivitas seperti ini memiliki peranan terhadap pembentukan lingkungan yang reseptif untuk implantasi dan perkembangan embrio.

Pada kasus lainnya, TGF-1 menghasilkan potensi endometriosis. Namun, alergi sperma bukanlah penyebab langsung dan utama dari masalah ketidaksuburan, walaupun gejala dapat menyulitkan Anda untuk bisa hamil, karena penderita alergi sperma harus selalu berhubungan seks dengan kondom.

Akan tetapi, ada cara bagi seorang perempuan untuk dapat hamil bahkan dengan alergi sperma parah sekalipun. Alergi tidak akan mempengaruhi kesuburan Anda dan kehamilan dapat dicapai melalui inseminasi buatan, alias fertilisasi in-vitro, setelah sperma dipisahkan dari air mani.

Lelaki juga bisa mengidap alergi sperma
Rupanya, alergi ini tidak hanya dapat diderita perempuan, Dalam kasus langka, lelaki juga bisa memunculkan reaksi alergi terhadap air mani mereka sendiri. Gejala termasuk flu biasa, nyeri, kemerahan, dan rasa tidak nyaman yang mempengaruhi kepala, mata, hidung, tenggorokan, dan otot, serta kelelahan ekstrim dan kesulitan berkonsentrasi.

Salah satu kasus dilaporkan dalam Journal of Sexual Medicine 2015, dimana seorang lelaki etnis Cina yang mengalami peradangan kulit memerah dan gatal setelah terpapar oleh air maninya sendiri. Dokter tidak berhasil mengetahui apa penyebabnya.

Kondisi serupa juga ditemukan oleh sebuah penelitian di Belanda yang melaporkan sebanyak 45 lelaki mengalami masalah yang sama. Gejala ini terjadi hanya setelah ejakulasi, yang menandakan bahwa lelaki akan terlindungi dari reaksi alergi sperma selama cairan air mani tetap berada dalam testis mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI