Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebut lima daftar merek dagang yang kerap jadi sasaran empuk para pemalsu vaksin untuk melancarkan tindak kejahatannya. Direktur Pengawasan Produksi Produk Terapeutik BPOM Togi Hutadjulu mengatakan lima merek dagang tersebut, antara lain Tuberkulin, Pediacel, Tripacel, Havrix, dan Biocef.
Kelima vaksin ini dikatakan Togi bisa dipalsukan diduga karena botol bekas pakai tersedia dalam jumlah besar dari limbah yang kemudian diisi dengan cairan yang tidak sesuai dengan peruntukkanya.
"Disinyalir pemalsu vaksin mendapatkan botol bekas yang diperoleh dari limbah. Seharusnya vial-vial yang sudah dipakai lalu dibuang, dilakukan pemusnahan sesuai prosedur agar tidak disalahgunakan," ujar Togi kepada Suara.com, Minggu (26/6/2016).
Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Aman Bhakti Pulungan menduga bahwa motif pelaku memalsukan lima merek dagang vaksin tersebut karena adanya kelangkaan di Indonesia.
"Mereka jeli melihat hukum pasar. Havrix adalah vaksin hepatitis untuk usia dua tahun. Di Indonesia memang sempat terjadi kelangkaan. Kalau pediacel kombinasi vaksin PBT, HIB, dan Polio, termasuk vaksin impor yang memang sempat ada kekosongan di pasar. Sedangkan tripacel ini isinya BPAT juga memang terjadi kelangkaan di pasar," tambahnya.
Ia pun mengimbau agar para orangtua mendatangi fasilitas resmi seperti puskesmas maupun rumah sakit untuk mendapatkan vaksin resmi. Sehingga ketika ada hal-hal yang mencurigakan terkait pemberian vaksin, bisa diusut di rumah sakit tersebut.
"Kami dari Ikatan Dokter anak Indonesia sudah menghimbau semua anggota agar di tempat prakteknya masing-masing meneliti kembali dari mana sumber vaksin itu, jadi Insya Allah mulai hari ini dan mulai kemarin itu semua Ikatan Dokter anak Indonesia akan memberikan vaksin yang resmi," katanya.