Suara.com - Musim penghujan seharusnya sudah berakhir sejak akhir Maret lalu. Biasanya musim penghujan berkaitan dengan tingginya angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Namun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat bahwa hingga bulan ini masih dilaporkan kasus DBD di pelosok Indonesia meski jumlahnya tak sebanyak pada Januari-April.
Mengapa kasus DBD masih terjadi di Indonesia hingga musim kemarau? Prof. Dr. dr. Sri Rejeki Hadinegoro, Sp.A(K), selaku Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengatakan bahwa DBD masih akan tetap menjangkit Indonesia meski saat ini mulai masuk musim kemarau, karena masih ada hujan.
"Sekarang sudah masuk kemarau, tapi hujan masih mengguyur meski tidak tiap hari. Ini mengapa Juni atau mungkin Juli nanti masih ada pasien DBD. Selama ada hujan turun, kasus DBD tidak akan berhenti. Jentik nyamuk akan terus berkembang," ujarnya pada temu media "ASEAN Dengue Day ke-6" di Jakarta, Rabu (15/6/2016).
Selain itu, lanjut Prof Sri, masyarakat seringkali tidak menyadari beberapa tempat di rumahnya yang menjadi tempat favorit perindukan nyamuk. Salah satunya, dispenser, tempat makanan burung, vas bunga, bahkan gantungan pakaian di dalam kamar.
"Kalau ada genangan itu nyamuk senang bertelur lalu berkembang jadi jentik hingga nyamuk dewasa dan siap menggigit orang. Jadi memang hiegnitas diri dan lingkungan tempat tinggal harus dijaga," imbuhnya.
Prof Sri juga mengimbau agar masyarakat menguras bak mandi minimal seminggu sekali karena juga merupakan tempat favorit nyamuk untuk berkembang biak. Jika perlu bubuhkan bubuk abate untuk membasmi telur-telur nyamuk yang senang menempel di permukaan bak mandi.
"Yang kita harapkan abate bisa menempel di dinding bak mandi agar dapat membasmi telur nyamuk. Dan kalau nguras bak mandi atau tempat makan burung jangan hanya dibuang airnya saja, sikat dengan kuat permukaannya karena telur nyamuk sangat kuat menempel di dinding," pungkasnya.