Suara.com - Hormon testosteron atau hormon seks lelaki sangat penting untuk perkembangan organ dan mempertahankan fungsi reproduksi lelaki. Namun seiring dengan bertambahnya usia, maka produksi testoteran akan menurun.
Laju penurunan ini diperkirakan sekitar 2-3% per tahun. Jika seorang lelaki berusia 40 tahun maka kadar testosteron menurun menjadi 65-70% dibanding masa mudanya dan pada usia 60 tahun ke atas menurun menjadi 45-50%.
Dan, penelitian dalam beberapa tahun terakhir, membuktikan bahwa penurunan kadar testosteron dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang, penurunan sel darah merah, penurunan massa otot dan peningkatan lemak, depresi hingga gangguan suasana hati.
Tak hanya itu, kekurangan hormon testosteron atau juga dikenal sebagai hipogonadisme dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit jantung koroner yang akhirnya menyebabkan kematian.
Dr. Johannes Soedjono, M.Kes.,Sp.And mengatakan bahwa faktor-faktor risiko sindrom metabolik cenderung terjadi bersama-sama. Kelebihan lemak di area perut merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk penyakit jantung dibandingkan kelebihan lemak di bagian lain dari tubuh, seperti pada pinggul.
Demikian pula dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Jika tekanan ini meningkat dan tetap tinggi dari waktu ke waktu, hal itu dapat merusak hati dan menyebabkan penumpukan plak.
“Jika seorang lelaki menderita sindrom metabolik, maka kemungkinan dirinya mengalami hipogonadisme meningkat tiga kali lipat dan angka kematiannya meningkat sekitar satu setengah kali," ujarnya pada temu media SMILe yang dihelat Bayer, Kamis (2/6/2016).
Ia menambahkan, banyak laki-laki lanjut usia mengabaikan gejala-gejala seperti penurunan libido, disfungsi ereksi, mudah lelah, mudah berkeringat, penambahan lingkar pinggang dan mengantuk setelah makan. Seringkali kondisi ini dianggap lazim karena dikaitkan dengan penambahan usia.
"Padahal gejala tersebut kemungkinan merupakan petanda seorang pria telah mengalami hipogonadisme," imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung pada lelaki dengan hipogonadisme, baik yang disertai sindrom metabolik ataupun yang belum, ia mengatakan, pemberian terapi sulih hormon testosteron sangatlah penting untuk memotong rantai hubungan timbal balik tersebut.
"Semakin berat keluhan hipogonadisme yang timbul, semakin besar kemungkinan yang bersangkutan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah," pungkasnya.
Waspadai Akibat Penurunan Kadar Testosteron Berikut Ini
Kamis, 02 Juni 2016 | 17:36 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Reza Rahardian sempat Dibully karena Punya Banyak Bulu, Apa Dampaknya Kelebihan Hormon Testosteron bagi Pria?
30 Januari 2024 | 15:32 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Health | 18:10 WIB
Health | 11:33 WIB
Health | 11:09 WIB
Health | 11:05 WIB
Health | 10:42 WIB
Health | 19:42 WIB