Terapi Cuci Darah Tidak Seseram yang Dibayangkan

Kamis, 26 Mei 2016 | 16:22 WIB
Terapi Cuci Darah Tidak Seseram yang Dibayangkan
Ilustrasi pasien menjalani terapi cuci darah atau hemodialisis. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Terapi cuci darah atau hemodialisis merupakan salah satu metode pengobatan untuk pasien gagal ginjal. Pada terapi ini, pasien akan menggunakan bantuan ginjal buatan berupa mesin dialisis untuk menyaring zat-zat sampah sisa metabolisme yang tak bisa disaring oleh ginjal.

Sayangnya, masih banyak anggapan menyeramkan seputar hemodialisis yang membuat pasien gagal ginjal menolak melakukan terapi ini. Padahal, menurut dokter spesialis penyakit dalam sekaligus penanggung jawab Klinik Hemodialisa RS Siloam Asri, Pringgodigdo Nugroho, anggapan tersebut hanyalah mitos.

"Cuci darah dianggap mengerikan oleh banyak pasien karena ketidaktahuannya. Padahal yang terjadi darah pasien dialirkan ke mesin dialisis agar aliran efektif dan zat sisa metabolisme dan racun bisa dibuang dari ginjal," ujar dokter Pringgo pada temu media di RS Siloam Asri Jakarta, Kamis (26/5/2016).

Pasien, lanjut dia, tidak akan merasakan sakit seperti mitos-mitos yang berkembang. Paling tidak, pasien hemodialisis hanya akan merasakan aliran darah ke luar dari dan menuju ke dalam tubuhnya.

"Pasien gagal ginjal kronik yang sudah tahap kronis, pasien gagal ginjal akut untuk sementara memerlukan terapi hemodialisis," imbuhnya.

Proses hemodialisis sendiri berlangsung 3-5 jam selama satu sesi dan harus dilakukan seumur hidup. Biaya untuk proses hemodialisis sendiri bervariasi, di RS Siloam Asri misalnya berkisar antara Rp1 juta-Rp1,2 juta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI